MIKROPALEONTOLOGI untuk Geologi
Mikropaleontologi
merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil, ilmu ini mempelajari
masalah organisme yang hidup pada masa yang lampau yang berukuran mikroskopis,yang
dalam pengamatannya harus menggunakan Mikroskop atau biasa disebut micro
fossils (fosil mikro). Pembahasan mikropaleontologi ini sesungguhnya
sangat heterogen, berasal baik dari hewan maupun tumbuhan ataupun bagian dari
hewan atau tumbuahan. Pada ilmu Mikropaleontologi ini dikenal adanya Analisis
Biostratigrafi. Dimana biostratigrafi
tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dalam penentuan umur relatif dan
lingkungan pengendapan dari suatu Batuan berdasarkan kandungan fosil yang
terkandung dalam Batuan tersebut..
Kelebihan dan Kelemahan :
kelebihan :
- ukuran
- koleksi
- statistik
- jumlah
- distribusi geografi
Kelemahan :
- alat
- ilustrasi
JENIS-JENIS
MIKROFOSIL
(berdasarkan komposisi cangkang)
(berdasarkan komposisi cangkang)
Calcareous
mikrofosil:
•
Foraminifera
•
Calcareous alga
•
Calcareous nannoplangton
•
Ostracoda
•
Pteropoda
•
Bryozoa
•
Calpelionellida
Phosphatic
mikrofosil:
•
Conodonta
Siliceous
mikrofosil:
•
Radiolaria
•
Diatom
•
Silicoflagelata & Ebridians
Organic-walled
mikrofosil:
•
Dinoflagelata
•
Chitinozoa
•
Spora & Polen
KEGUNAAN/APLIKASI:
•
Biostratigrafi
•
Analisis paleoenvironment
•
Paleoklimatologi
•
Indikator polusi
•
Perubahan temperatur
KETERDAPATAN
MIKROFOSIL:
•
Batuan yang “poorly cemented” (lunak)
•
Sedimen yang mempunyai ukuran butir hampir sama dengan ukuran fosil
1. Foraminifera
Foraminifera,
atau disingkat foram, adalah grup besar protista amoeboid dengan
pseudopodia. Cangkang atau kerangka foraminifera merupakan petunjuk
dalam pencarian sumber daya minyak, gas alam dan mineral.
Foraminifera merupakan makhluk hidup yang secara taksonomi berada di bawah Kingdom Protista,
Filum Sarcomastigophora, Subfilum Sarcodina, Superkelas Rhizopoda,
Kelas Granuloreticulosea, dan Ordo Foraminiferida. Foraminifera
berdasarkan cara hidupnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
foraminifera yang hidup di dasar laut (benthonic foraminifera) dan foraminifera yang hidup mengambang mengikuti arus (panktonic foraminifera).
Foraminifera bentonik pertama mulai hidup sejak Zaman Kambrium sampai
saat ini, sedangkan foraminifera planktonik hidup dari Zaman Jura sampai
saat ini. Foraminifera, sekalipun merupakan protozoa bersel satu,
merupakan suatu kelompok organism yang sangat komplek. Foraminifera
dibagi menjadi 12 subordo oleh Loeblich dan Tappan (1984) dan lebih dari
60,000 spesies telah terindentifikasi hidup selama Fanerozoikum (Phanerozoic, dari kira-kira 542 juta tahun yang lalu sampai sekarang).
JENIS-JENIS
MIKROFOSIL
(berdasarkan komposisi cangkang)
(berdasarkan komposisi cangkang)
Calcareous
mikrofosil:
•
Foraminifera
•
Calcareous alga
•
Calcareous nannoplangton
•
Ostracoda
•
Pteropoda
•
Bryozoa
•
Calpelionellida
Phosphatic
mikrofosil:
•
Conodonta
Siliceous
mikrofosil:
•
Radiolaria
•
Diatom
•
Silicoflagelata & Ebridians
Organic-walled
mikrofosil:
•
Dinoflagelata
•
Chitinozoa
•
Spora & Polen
KEGUNAAN/APLIKASI:
•
Biostratigrafi
•
Analisis paleoenvironment
•
Paleoklimatologi
•
Indikator polusi
•
Perubahan temperatur
KETERDAPATAN
MIKROFOSIL:
•
Batuan yang “poorly cemented” (lunak)
•
Sedimen yang mempunyai ukuran butir hampir sama dengan ukuran fosil
KARAKTERISTIK
Organisme
uniseluler
Ukuran
0,1-2mm atau sampai beberapa cm
Bergerak
dengan pseudopodia
Pseudopodia
berbentuk reticulate (seperti jala)
Mempunyai
cangkang & pori-pori
KOMPOSISI
DINDING CANGKANG
Khitin (Tektin)
Aglutinin (Arenaceous)
Silikaan (Siliceous)
Gampingan (Calcareous):
Porselen, hyalin, gampingan granular
& kompleks
MORFOLOGI
CANGKANG
MONOTHALAMUS:
1. Bulat
2. Botol
3. Tabung
4. Botol & tabung
5. Planispiral
6. Planispiral – tidak teratur
7. Planispiral – lurus
POLYTHALAMUS:
1. Uniformed
2. Biformed
3. Triformed
4. Multiformed
EKOLOGI
FORAMINIFERA
SALINITAS
SUBSTRAT
TEMPERATUR
KEDALAMAN
NUTRISI
pH
ORGANIC
CONTENT
TRACE
ELEMENT
TURBIDITAS
OKSIGEN
ILUMINASI
KALSIUM
KARBONAT
ARUS
& GELOMBANG
FAKTOR
EKOLOGI LAIN
FORAMINIFERA
BENTONIK
SEBAGAI INDIKATOR LINGKUNGAN PENGENDAPAN
SEBAGAI INDIKATOR LINGKUNGAN PENGENDAPAN
- Foraminifera gampingan yang berbentuk cakram dan berukuran relatif besar (foram besar), menunjukkan laut dangkal, dekat pantai dan beriklim tropis sampai subtropis. Contoh: Famili Camerinidae, Peneroplinidae, Alveolinidae, Amphisteginidae, Calcarinidae, dan Planorbulinidae. Famili yang sudah punah & diduga hidup dalam kondisi yang sama adalah Orbitoididae, Discocyciclinidae, dan Miogypsinidae.
- Assemblage (kumpulan) yang sama dgn di atas tetapi ditambah dengan bentuk foram sesil Carpentaria, serta Rupertia dan Cupularia dari Bryozoa dan sedikit foram plangtonik menunjukkan lingkungan terumbu.
- Kumpulan fosil yang hampir semuanya terdiri dari bentuk-bentuk arenaceous seperti Hormosina, Cyclammina, Haplophragmoides, Trochammina, Gaudryna dan Verneullina, seringkali dihubungkan dengan lingkungan turbidit, pengendapan pada mulut suatu delta yang besar, serta pengendapan kembali suatu longsoran lempung.
FORAMINIFERA
PLANGTONIK
SEBAGAI INDIKATOR LINGKUNGAN
SEBAGAI INDIKATOR LINGKUNGAN
- Golongan plangton banyak hidup pada kedalaman 30 meter di bawah permukaan laut. Jarang yang hidup pada kedalaman di bawah 100 meter dan hanya beberapa saja yang dapat hidup di bawah 200 meter seperti Globorotalia menardii yang berdinding tebal dan Sphaeroidinella dehiscens yang dapat hidup pada kedalaman sekitar 300 meter.
- Rasio plangtonik dan bentonik dapat menunjukkan kedalaman tertentu:
Environment Depth in meters %
Pelagic/Benthic Ratio
Inner Shelf 0-20 meter 0-20%
Middle Shelf 20-100 meter 20-50%
Outer Shelf 100-200 meter 20-50%
Upper Slope 200-500 meter 30-50%
Lower Slope 500-2000 meter 50-100%
FORAMINIFERA
PLANGTONIK
SEBAGAI INDIKATOR SUHU PURBA
SEBAGAI INDIKATOR SUHU PURBA
•
Murray (1897)
membuat tabel dari spesies-spesies foram plangton yang hidup di air panas dan
dingin:
Tropical:
Globigerinoides sacculifer
(Brady), Globorotalia cultrata (d’Orbigny), Globorotalia tumida
(Brady), Pulleniatina obliqueloculata (Parker & Jones), Sphaeroidinella
dehiscens (Parker & Jones).
Temperate:
Globorotalia hirsuta
(d’Orbigny), Globorotalia inflata (d’Orbigny), Globorotalia
truncatulinoides (d’Orbigny).
Subartic:
Globigerina bulloides
d’Orbigny, Globigerina pachyderma (Ehrenberg), Globigerina
quinqueloba Natland.
Arctic (Anarctic):
Globigerina pachyderma
(Ehrenberg).
CONTOH FORAMINIFERA BENTONIK KECIL
CONTOH FORAMINIFERA PLANGTONIK
DISTRIBUSI
FORAM PLANGTONIK PADA KOLOM AIR
TREND
DARI FORAM PLANGTONIK
- Berhubungan dengan latitude
- Zona batimetri
- Berhubungan dengan arus
- Kontrol salinitas
- Nutrisi
- Evolusi phylogeny dan modifikasi dari adaptasi dalam skala waktu geologi
JENIS-JENIS
FORAM PLANGTONIK BERDASARKAN LATITUDE
ZONA
FORAMINIFERA PLANGTONIK
Palinologi merupakan
ilmu yang mempelajari polinomorf yang ada
saat ini dan fosilnya, di antaranya serbuk sari, sepura, dinoflagelata, kista,acritarchs, chitinozoa, dan scolecodont, bersama dengan partikel material organik dan kerogen yang
terdapat pada sedimen dan batuan sedimen.
•
Studi mengenai polen dan spora tumbuh-tumbuhan, di dalamnya
terdapat juga acritrarchs dan dinoflagellates
•
Fide dan Williams (1944); berasal dari
perkataan palynos yang artinya debu
•
Erdtman (1966); merupakan studi morfologi
butir polen dan spora tetapi tidak
meliputi bagian dalamnya.
MORFOLOGI UMUM POLEN
2. Bentuk
Erdtman (1966),pengelompokan bentuk polen bedasakan
perbandingan antara sumbu polar (P) dengan sumbu equatorial (E)
3. Polarity
•
Bentuk polen dan lokasi apertur berhubungan
dengan polaritas
•
Polen isopolar kutub distal dan proksimalnya
identik
•
Polen heteropolar distal dan roksimal tidak identik
4. Aperture
Area pada dinding polen yang sangat berbeda
kenampakannya, berfungsi sebagai tempat germinasi (pengeluaran cairan
sitoplasma pada saat pembuahan.(Hesse, et al, 2009)
Thanikhaimoni (dalam Blackmore dan Ferguson, 1986):secara
morfologis aperture adalah daerah eksin yang terbuka dan tipis, merupakan zona
germinasi, bisa juga organ yang mengatur
mekanisme perubahan volume cair an sel
Butir polen tanpa apertur disebut inaperturate
Butir polen dengan apertur budar berada di bidang
ekuatorial disebut porus, tetapi jika berada dibagian distal dsebut ulcus
Butir polen dengan apertur memanjang, berada dibidang
ekuatorial diebut colpus, tapi jika berada di bagian distal disebut sulcus
Jika dalam satu butir polen terdapat kombinasi antara
colpus dan porus disebut colporus
Ruga, merupakan apertur , berupa celah atau kerutan yang
memanjang
. Sulkus/sulcus, berupa kerutan atau celah yang
menanjang, tegak lurus terhadap sumbu yang membujur, , terdapat di zona polar
contoh: PALMAE
Jumlah dan letak apertur Webb &Moore (1978)
Variasi daerah sekitar aperture
•
Costa
(A), penebalan disekitar neksin
pada endoapertur
•
Vestibulum (B), antar seksin dan neksin terpisah disekitar
apertur yang berupa porus
•
Annulus (C), penebalan seksin pada ektoporus
•
Operculum (D), di bagian tengah apertur
terdapat membran tipis eksin
•
Costae (E), penebalan yang terjadi disekitar
neksin
•
Margo (F),
penebalan disekitar colpus
6. Sclupture/Ornamentation
Dinding luar polen
(eksin), terdiri dari dua lapisan, yakni lapisan luar disebut ekteksin dan
lapisan dalam disebut endeksin. Dinding polen (eksin) yang tersimpan menjadi
fosil. Di bagian luar lapisan eksin tersebut terdapat hiasan (ornamentation/sclupture)
yang penting untuk diskripsi polen.
Ornamentasi polen
menurut (Moore dan Webb, 1978)
•
Psilate :
bila permukaan polen halus
•
Verrucate :
bila polen atau spora mempunyai tonjolan seperti kutil,
biasanya
tonjolan
•
lebarnya lebih besar dari tingginya
•
Echinate :
bila ornamentasinya menyerupai duri
•
Striate :
bila ornamentasinya memanjang dengan pola paralel
•
Reticulate :
polen atau spora memiliki pola ornamentasi seperti jaring-
•
jaring
•
Rugulate :
apabila elemen ornamentasinya memanjang kesamping
dan tidak teratur
•
Clavate :
tonjolan ornamentasinya melebar dibangian pangkal
•
Perforate :
ornamentasinya berupa lubang-lubang dengan diameter
kurang dari satu
•
mikrometer
•
Gemmete :
ornamentasinya baik lebar maupun tinggi tonjolannya
sama ukurannya
dan mengkerut pada bagian dasarnya
•
Scabrate :
memiliki proyeksi elemen dengan diameter lebih dari satu
micrometer dan
menyerupai granula sehingga disebut juga
granulate
Morfologi spora
- Laesura
Tapak atau
bekas kontak spora dengan spora yang bersebelahan
Leasura :
trilate membentuk tanda Y
Monolate hanya satu
Alete tanpa leasure
Kode Spora
Pertama S: Symbol
spore
Kedua
Symbol Laesura
c
utk trilate
b
utk dilate, tetapi sangat jarang
a
utk monolate
0
tanpa laesura/alate
Ketiga utk hal spesifik
S00 :
Sa0 :
Mangrove
Tomlinson (1986) & Wightman (1989)
Sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut
Saenger dkk (1983) mendefinisikan mangrove sebagai
sebagai
formasi tumbuhan daerah litoral khususnya di pantai wilayah
tropis dan sub tropis
Soerianegara (1987) memberi batasan kepada mangrove
sebagai hutan
yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai
dan muara sungai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, terdiri dari genus:
Avicennia,
Sonneratia, Rhizophora, Ceriops, Lumnitzera, Exoecaria, Xylocarpus, Aegiceras,
Scyphyphora dan Nypa
Preparasi
Fungsi: melepaskan polen dari material lainnya
- Preparasi untuk membuat koleksi referesi dari bunga atau kantong spora
2. Preparasi
untuk meneliti yang terdapat dalam sedimen (memisahkan palinospore dari
karbonat,silika dan organik material lainnya) sehingga dapat diidentifikasi
Lingkungan pengendapan
•
Haseldonckx (1974) dan Morley (1977)
mengelompokan lingkungan pengendapan polen/spora berdasarkan habitatnya dengan
taksa penciri sbb:
•
Mangrove Merupakan hutan pantai di daerah
delta yang sering digenangi air payau, taksa penciri mangrove adalah Rhizophora,
Sonneratia dan Avicennia.
•
Back Mangrove: daerah belakang sabuk
mengrove, daerah peralihan antara mangrove dengan rawa air tawar. Taksa
pencirinya adalah Brownlowia, Nypa, Canthium, Acrostichum dan Oncosperma
•
Peat swamp/Alluvial swamp:daerah yang selalu
basah dengan pengaruh laut.Taksa penciri dari lingkungan ini adalah Durio,
Sapotaceae,Chepalomappa Shorea,
Calophyllum,. Pada alluvial swamp lebih banyak Pteridophyta.
•
Riparian:daerah disekitar pinggir sungai.
Taksa penciri lingkungan ini adalah (Baringtonia racemosa), Marginipollis
concinus.
Ilexpollenites, Striaticolpites
catatumbus dan Myrtacidites
•
Rawa Air Tawar
:Lingkungan berupa genangan air tawar, kaya mineral dengan Ph 6 atau lebih,
permukaan air selalu naik turun dan pengeringan sering terjadi Air genangan
dapat berasal dari air hujan atau limpahan sungai akibat pasang naik air laut.
Jenis taksa yang umum ditemui adalah Podocarpaceae, Elaeocarpus, Sallaca
dan Nenga
Alur analisis polen
1. Diskripsi identifikasi
2. Tabulasi data pertaksa
3. Perhitungan/kuantifikasi (minimum dalam bentuk persen)
4. Mengelompokan taksa berdasarkan kesamaan lingkungan
5. Perhatikan marker umur jika ada
6. Membuat diagram
Aplikasi palinology di bidang geology
1. Biostratigrafi/palinostratigrafi (umur –lingkungan)
2. Paleoklimat
3. Tingkat kematangan minyak/maturation
4. Paleoenvironment (sejarah perubahan iklim purba)
5. Sea level changes
6. Perubahan garis pantai
jurnal mikropaleontologi Universitas Padjadjaran
__________________________________________
Berikanlah Tanggapan Anda sebagai Seorang Geologi
Salam RGP - Independent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar