Mikropaleontologi (Biostratigafi??)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mikropaleontologi
merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil, ilmu ini
mempelajari masalah organisme yang hidup pada masa yang lampau yang
berukuran sangat renik (mikroskopis),yang dalam pengamatannya harus
menggunakan Mikroskop atau biasa disebut micro fossils (fosil mikro).
Pembahasan mikropaleontologi ini sesungguhnya sangat heterogen, berasal
baik dari hewan maupun tumbuhan ataupun bagian dari hewan atau
tumbuahan. Pada ilmu Mikropaleontologi ini dikenal adanya Analisis
Biostratigrafi. Dimana biostratigrafi tersebut
memiliki hubungan yang sangat erat dalam penentuan umur relatif dan
lingkungan pengendapan dari suatu Batuan berdasarkan kandungan fosil
yang terkandung dalam Batuan tersebut. Oleh karena itu diadakanlah praktikum Mikropaleontologi dengan acara Biostratigrafi, praktikum ini dilakukan agar memudahkan mahasiswa dalam membuat analisa masalah Biostratigrafi.
I.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum Mikropaleontologi acara Biostartigrafi adalah:
a. Untuk melakukan analisis Biostratigrafi.
b. Mengidentifikasi batas litologi suatu daerah
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Mikropaleontologi acara Biostartigrafi adalah:
a. Mengetahui urutan stratigrafi berdasarkan kandungan fosil yang terkandung dalam suatu Batuan.
b. Mengetahui batas litologi suatu daerah.
c. Mengetahui cara pembuatan peta geologi.
d. Membuat kolom Biostratigrafi.
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah sebagai berikut :
a. Problem set
b. Range chart miosen
c. Tabel umur zonasi Blow
d. Tabel umur lingkungan pengendapan
e. Mistar 30 cm
f. Kertas grafik A3
g. Kertas A4 10 lembar
h. Pensil warna
i. Busur derajat
j. Referensi
1.4 Prosedur Kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum biostratigrafi ini adalah sebagai berikut :
a. Tentukan batas litologi dan buat peta geologi dalam kertas kalkir 1 : 25.000, serta penampang geologinya H : V = 1 : 1 kemudian hitung ketebalan setiap litologi.
b. Hitung persentase plagic ratio untuk fosil planktonik dan bentonik serta buat kurva pelagic rationya.
c. Buat tabel penentuan umur berdasrkan kandungan fosil planktonik yang dijumpai pada tiap litologi.
d. Buat zonasi lingkungan pengendapan berdasrkan fosil-fosil bentonik yang ada.
e. Buat tabel analisa semikulitatif dan kuantitatif.
f. Buat kolom stratigrafi daerah Buton skala 1 : 100
g. Buat sejarah geologi daerah penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stratigrafi
adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan
untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi
antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai
litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur
relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari
untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Kata
stratigrafi berasal dari kata Latin stratum dan kata Yunani graphia,
secara tradisional dianggap sebagai ilmu deskriptif mengenai strata
batuan.
Ilmu
stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah
William Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan tanah muncul
pada urutan yang sama (superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa
lapisan tanah yang terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan
beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan tanah merupakan
kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka, bisa dibuat
perbandingan pada sebuah daerah yang luas. Setelah beberapa waktu,
dimiliki sebuah sistem umum periode-periode geologi meski belum ada
penamaan waktunya. Pada beberapa dekade terakhir, arti penting
stratigrafi untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam batuan
yang tidak berlapis, baik batuan sedimen maupun batuan beku intrusi dan
batuan metamorf masif, telah terbukti. Tubuh-tubuh batuan yang tidak
berlapis tidak hanya merupakan sumber data umur numerik (geokronometrik)
yang ditentukan berdasarkan metoda-metoda isotop, namun juga memberikan
informasi umur batuan-batuan lain melalui hubungan pemotongan dan batas
dengan batuan berlapis dan/atau tidak berlapis yang berasosiasi
dengannya. Dengan demikian, definisi stratigrafi harus diperluas hingga
mencakup pemerian semua tubuh batuan penyusun kerak bumi serta
pengelompokkan batuan-batuan tersebut ke dalam satuan-satuan yang dapat
dipetakan, khas, dan berguna berdasarkan sifat-sifat atau gejala-gejala
inheren. Prosedur stratigrafi mencakup pemerian, penggolongan, penamaan,
dan korelasi satuan-satuan tersebut dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan ruang-waktu antara berbagai satuan tersebut. Stratigrafi tidak
hanya menujukan pada urut-urutan asli dan hubungan umur batuan, namun
juga pada penyebaran, litologi, komposisi, kandungan fosil, sifat-sifat
fisika, sifat-sifat kimia, dan, sungguh, dengan semua sifat dan gejala
yang terlihat dalam tubuh batuan serta penafsiran tubuh batuan tersebut
dalam arti kata lingkungan, cara pembentukan, dan sejarah geologinya.
Semua kategori batuan-baik batuan sedimen, batuan beku, maupun batuan
metamorf;baik yang padu maupun tidak padu-berada dalam ruang lingkup
stratigrafi dan penggolongan stratigrafi.
Satuan
stratigrafi (stratigraphic unit). Satuan stratigrafi adalah tubuh
batuan yang dianggap sebagai satu kesatuan (satu entitas khas)
berdasarkan banyak sifat atau gejala yang dimiliki oleh batuan. Satuan
stratigrafi yang ditentukan keberadaannya berdasarkan satu sifat tidak
harus identik dengan satuan stratigrafi lain yang ditentukan
keberadaanya berdasarkan sifat yang lain. Oleh karena itu, serangkaian
istilah yang berbeda perlu dibuat untuk menyatakan satuan yang
didasarkan pada aspek yang berbeda sedemikian rupa sehingga satuan yang
didasarkan pada satu aspek batuan dapat dengan mudah dibedakan dari
satuan lain yang didasarkan pada aspek batuan yang lain pula. Definisi
yang jelas mengenai suatu satuan stratigrafi sangat penting artinya.
Peristilahan
stratigrafi (stratigraphic terminology). Peristilahan stratigrafi
adalah semua istilah yang digunakan dalam penggolongan stratigrafi
seperti formasi, jenjang, dan biozona. Peristilahan stratigrafi dapat
bersifat resmi maupun tidak resmi. Adapun peristilahan dari stratigrafi yang bersifat resmi maupun tidak resmi adalah sebagai berikut:
1.
Tatanama stratigrafi (stratigraphic nomenclature). Tatanama stratigrafi
adalah sistem penamaan yang tepat terhadap suatu satuan stratigrafi,
misalnya Formasi Trenton, Sistem Jura, dan Zona Kisaran Dibunophyllum.
2. Zona
(zone). Zona adalah satuan stratigrafi dalam beberapa kategori satuan
stratigrafi yang berbeda. Oleh karena itu, ada beberapa jenis zona,
tergantung pada sifat-sifat batuan yang dipakai sebagai dasar penentuan
zona tersebut, misalnya litozona, biozona, kronozona, zona mineral, zona
metamorf, zona polaritas-magnet, dsb. Bila digunakan secara resmi,
istilah zona diawali dengan huruf besar (Zona) untuk membedakannya
dengan peristilahan tidak resmi. Jenis zona yang digunakan dalam sebuah
komunikasi hendaknya dijelaskan.
3. Horizon
(horizon). Horizon stratigrafi adalah sebuah bidang yang
mengindikasikan suatu posisi pada suatu sekuen stratigrafi. Dalam
prakteknya, istilah "horizon" sering diterapkan pada suatu lapisan yang
sangat tipis dan bersifat khas. Dalam stratigrafi dikenal adanya
beberapa jenis horizon, tergantung pada sifat stratigrafi yang digunakan
sebagai dasar penentuannya: litohorizon, biohorizon, kronohorizon,
horizon seismik, horizon elektrolog, dsb. Horizon stratigrafi tidak
hanya dapat berperan sebagai pembatas suatu satuan stratigrafi, namun
juga sebagai suatu lapisan penciri di dalam suatu satuan yang terutama
penting artinya untuk tujuan korelasi.
4. Korelasi
(correlation). Kata "korelasi," dalam pengertian stratigrafi, diartikan
sebagai penunjukkan korespondensi karakter dan/atau posisi stratigrafi.
Ada
beberapa jenis korelasi, tergantung pada gejala yang digunakan sebagai
dasar pengkorelasian. Korelasi litologi (lithologic correlation) adalah
usaha untuk menunjukkan korespondensi sifat-sifat litologi dan posisi
litostratigrafi; biokorelasi (biocorrelation) adalah usaha untuk
memperlihatkan korespondensi kandungan fosil dan posisi biostratigrafi;
kronokorelasi (chronocorrelation) adalah usaha untuk memperlihatkan
korespondensi umur dan posisi kronostratigrafi.
5.
Geokronologi (geochronology). Geokronologi adalah ilmu yang mempelajari
cara-cara penentuan umur batuan dan menentukan urut-urutan peristiwa
geologi dalam sejarah bumi.
6.
Satuan geokronologi (geochronologic unit). Satuan geokronologi adalah
suatu satuan waktu geologi (waktu yang ditentukan berdasarkan
metoda-metoda geologi). Satuan ini bukan berupa batuan dan, oleh
karenanya, bukan merupakan satuan stratigrafi, meskipun satuan ini
berkorespondensi dengan rentang waktu yang dicerminkan oleh suatu satuan
stratigrafi.
7.
Geokronometri (geochronometry). Geokronometri adalah cabang
geokronologi yang membahas tentang pengukuran waktu geologi kuantitatif
(numerik), biasanya dalam satuan ribuan atau jutaan tahun. Singkatan ka
untuk ribuan (103), Ma untuk jutaan (106), dan Ga untuk milyar (109)
tahun dewasa ini biasa digunakan untuk menyatakan rentang waktu sebelum
masa sekarang, bukan untuk menyatakan rentang waktu yang ditampilkan
oleh suatu interval rekaman geologi.
8.
Fasies (facies). Dalam stratigrafi, istilah fasies berarti aspek,
khuluk, atau manifestasi sifat (biasanya mencerminkan asal-usul) batuan
atau material penyusun batuan. Mungkin tidak ada satupun istilah dalam
geologi, selain istilah fasies, yang telah digunakan untuk menyatakan
konsep yang berbeda-beda. Sebagaimana yang telah didefinisikan oleh
Gressly (1838), istilah fasies dimaksudkan untuk menyatakan perubahan
aspek litologi pada arah lateral. Walau demikian, pengertiannya kemudian
diperluas hingga istilah itu kemudian dipakai untuk menyatakan
lingkungan pengendapan atau lingkungan pembentukan batuan (fasies delta,
fasies bahari, fasies vulkanik, fasies laut dalam), untuk menyatakan
komposisi litologi (fasies batupasir, fasies batugamping, fasies
red-bed), untuk menyatakan wilayah geografis atau iklim (fasies Tethys,
fasies boreal, fasies tropis, fasies Jerman), untuk menyatakan fosil
yang terkandung di dalam batuan (fasies graptolit, shelly facies), untuk
menyatakan rezim tektonik (fasies geosinklin, fasies orogen), dan untuk
menyatakan tingkatan metamorfisme. Istilah fasies juga digunakan
sebagai nomina untuk menyatakan aspek, kenampakan, atau sifat tubuh
batuan yang khas. Jika kita akan menggunakan istilah fasies, sebaiknya
kita menyatakan dengan jelas jenis fasies apa yang dimaksudkan dalam
tulisan atau pembicaraan yang kita sampaikan: litofasies, biofasies,
fasies metamorf, tektonofasies, dsb.
9.
Pemakaian istilah umum untuk pengertian yang spesifik. Pemakaian
istilah yang memiliki pengertian umum untuk menyatakan sesuatu yang
memiliki pengertian spesifik merupakan salah satu sumber yang
menyebabkan timbulnya banyak kerancuan dan perdebatan mengenai tata
peristilahan stratigrafi. Sebagai contoh, istilah "stratigrafi"
hendaknya tidak dibatasi hanya untuk menyatakan hubungan umur antara
berbagai tubuh atau strata batuan; istilah "korelasi" tidak hanya
berarti korelasi waktu; istilah "geokronologi" hendaknya tidak dibatasi
untuk penentuan umur berdasarkan isotop; istilah "zona" dapat digunakan
pada zona-zona selain zona fosil; istilah "biozona" tidak menyatakan
satu tipe satuan biostratigrafi tertentu; dan istilah "interval" dapat
menyatakan waktu selain ruang. Prosedur yang disarankan adalah
mempertahankan istilah lama dengan pengertian asalnya, kemudian mencari
istilah baru untuk menyatakan hal yang lebih khusus serta menggunakan
istilah yang tidak rancu untuk hal tersebut.
Selain itu, ada dua kategori satuan stratigrafi yang makin lama makin sering digunakan dalam penelitian stratigrafi yakni:
a. Satuan
yang dibatasi oleh ketidakselarasan, yaitu tubuh batuan yang di atas
dan dibawahnya dibatasi oleh diskontinuitas lintap stratigrafi yang
berarti.
b. Satuan polarisasi magnetostratigrafi, yakni satuan yang didasarkan pada orientasi magnetisasi remanen dari tubuh batuan.
Kategori-Kategori
Penggolongan Stratigrafi. tubuh-tubuh batuan dapat digolongkan ke dalam
sejumlah kategori, dimana setiap kategori itu memerlukan satuan yang
tersendiri. Ada tiga kategori satuan stratigrafi resmi yang paling banyak dikenal dan digunakan dalam penelitian geologi yakni:
a. Satuan litostratigrafi, yakni satuan yang didasarkan pada sifat-sifat litologi tubuh batuan.
b. Satuan biostratigrafi, yakni satuan yang didasarkan pada fosil-fosil yang terkandung dalam tubuh batuan.
c. Satuan kronostratigrafi, yakni satuan yang didasarkan pada waktu pembentukan tubuh batuan.
Satuan
biostratigrafi adalah tubuh lapisan batuan yang dikenali berdasarkan
kandungan fosil atau ciri-ciri paleontologi sebagi sendi pembeda tubuh
batuan di sekitarnya. Kelanjutan satuan biostratigrafi ditentukan oleh
penyebaran gejala paleontologi yang mencirikannya (Komisi Sandi
Stratigrafi Indonesia, 1996). Biostratigrafi
merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan fosil yang
terkandung didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu
menunjukkan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili
periode waktu yang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain.
Fosil berguna karena sedimen
yang berumur sama dapat terlihat sama sekali berbeda dikarenakan
variasi lokal lingkungan sedimentasi. Sebagai contoh, suatu bagian dapat
tersusun atas lempung dan napal sementara yang lainnya lebih bersifat batu gamping kapuran, tetapi apabila kandungan spesies fosilnya serupa, kedua sedimen tersebut kemungkinan telah diendapkan pada waktu yang sama.
Tingkat
dan jenis biostratigrafi, dimana didalamnya adalah zona. Zona adalah
satuan lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh fosil planktonik dan bentonik yang terkandung dalam batuan itu sendiri.
Dalam biostartigrafi terdapat beberapa macam zona adal sebagai berikut :
a. Zona kumpulan
Zona
kumpulan adalah suatu lapisan atau kesatuan sejumlah lapisan yang
terdiri oleh kmpulan alamiah fosil yang khas atau kumpulan suatu jenis
fosil. Kegunaan zona kumpulan selin sebagai penunjuk lingkungan
kehidupan purba, dapat dipakai sebagai penciri waktu.
b. Zona kisaran
Zona
kisaran adalah tubuh lapisan batuan yang mengcakup kisaran stratigrafi
unsure terpilih dari kemapuan seluruh foisl yang ada. Kegunaan zona
kisaran terutama korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan dan sebagai dasar
untuk penempatan batuan-batuan dalam skala waktu geologi.
c. Zona puncak
Zona
puncak adalah tubuh lapisan batuan yang menunjukan perkembangan
maksimun suatu takson tertentu. Kegunaan zona puncak dalam hal tertentu
ialah untuk menunjukkan kedudukan kronostratigrafi
tubuh lapisan batuan dan dapat dipakai sebagai penunjuk lingkungan
pengendapan purba, iklim purba.
d. Zona selang
Zona
selang ialah selang stratigrafi antara pemunculan awal/akhir dari dua
takson penciri. Kegunaan dari zona selang yaitu pada umumnya untuk
korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan.
e. Zona rombakan
Zona
rombakan adalah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh banyaknya fosil
rombakan berbeda jauh daripada tubuh lapisan batuan diatas dan
dibawahnya.
f. Zona padat
Zona
padat adalah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh melimpahnya fosil
dengan kepadatanpopulasinya jauh lebih banyak daripada tubuh batuan
diatas dan dibawahnya.
Dalam biostartigrafi dikenal istilah ketidak-selarasan. Ketidak selarasan adalah bukti untuk adanva ketidak‑lanjutan vertikal
dari sedimentasi yang disebabkan oleh adanya gejala tektonik. seperti
pengangkatan, yang dapat disebabkan pelipatan yang disusul oleh
pengangkatan (orogenesa) ataupun pengangkatan dan pemiringan semata
ataupun semata‑mata pengangkatan atau epirogenesa. Adapun jenis-jenis ketidak selarasan adalah sebagai berikut :
a. Angular Unconformity
Angular Unconformity adalah tipe ketidak selaran yang menunjukkan batuan tipe
ketidak selaran yang menunjukkan batuan sedimen yang lebih mudah
menumpang diatas bidang miring tererosi yang merupakan batuan yang lebih
tua dan telah mengalami pemiringan (tilted) atau perlipatan. Angular
unconformity dapat menunjukkan ukuran sepuluh hingga seratus kilometer,
jarang berupa hubungan individu batuan tetapi selalu dalam satuan batuan. Struktur seperti submarine slide, cross bedding tidak termasuk tipe ini.
b. Disconformity
Disconformity ialah perlapisan
sejajar diatas dan dibawah bidang ketidak-selarasan, bidang kontaknya
ditandai oleh kenampakan bidang erosi yang nyata dan tidak rata.
Disconformity lebih mudah dikenal karena adanya permukaan erosi mungkin
karena saluran (channel). Seperti halnya angular unconformity dapat pula
ditandai dengn fosil, zona soil (paleosols) yang mungkin ditandai oleh
gravel tertinggal (lag-gravel) pada bagian atas bidang ketidak selarasan
dan menunjukkan bongkah litologi yang sama dengan litologi bagian
bawahnya.
Paraconformity ketidak
selarasan sejajar, perlapisan batuan sejajar diatas dan dibawah bidang
ketidak-selarasan. Tidak menunjukkan tanda erosi dan proses fisika
lainnya. Hanya bisa ditentukan dengan mengetahui perbedaan kandungan
fauna atau perubahan zonasi faunanya.
c. Paraconformity
Paraconformity ketidak
selarasan sejajar, perlapisan batuan sejajar diatas dan dibawah bidang
ketidak-selarasan. Tidak menunjukkan tanda erosi dan proses fisika
lainnya. Hanya bisa ditentukan dengan mengetahui perbedaan kandungan
fauna atau perubahan zonasi faunanya.
d. Nonconformity
Ketidak
selarasan antara batuan sedimen dengan batuan beku atau matamorf yang
lebih tua dan telah tererosi sebelum batuan sedimen terendapkan
diatasnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Dasar
pembagian litologi daerah Kassi didasarkan pada kandungan fosil yang
dikandung dari tiap litologi. Dimana pada masing-masing litologi
memiliki umur, ciri fisik dan lingkungan pengendapan yang berbeda.
Daerah Kassi memiliki 6 litologi satuan batuan yaitu satuan tufa, satuan
batugamping, satuan batupasir, satuan lanau, satuan batulempung
karbonatan, dan satuan serpih.
Satuan
tufa memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Utara ke Selatan
dengan presentase luas sebesar 10% dan tebal 575 m. Ciri fisik satuan
ini adalah berwarna kuning keabu-abuan, tekstur pyroklastik, komposisi
kimia karbonat dan ukuran butir 1/8-1 mm. Kandungan fosil yang
dimilikinya antara lain dari fosil planktonik ; Globigerina venezuelana HEDBERG, Globigerina dutertei (D’ORBIGNY), Globigerinoides listulosus (SCHUBERT), Globorotalia siakensis (LEROY), dan Globigerinoides obliques BOLLI, fosil bentonik ; Elphidium lanteri (d’Orbigny), Quinqueloculina tenagos, Quinqueloculina seminula (Linne), Eggrella advena, dan Discorbis maonesis Bermudes. Satuan ini berumur Miosen Atas bagian Atas sampai Miosen Atas bagian Tengah dengan lingkungan pengendapan daerah
Neritik bagian Middle. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di
bawahnya yakni satuan batugamping ialah menjemari akibat terbentuknya
suatu satuan pada waktu yang sama.
Satuan
batugamping memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Utara Barat
Laut ke Timur Menenggara dengan presentase luas sebesar 14% dan tebal
875 m. Ciri fisik satuan ini adalah berwarna putih kecoklatan, tekstur
klastik, komposisi kimia karbonat, struktur tidak berlapis dan ukuran
butir 1/4-4 mm. Kandungan fosil yang dimilikinya antara lain dari fosil
planktonik ; Globorotalia acostaensis BLOW, Globorotalia siakensis (LEROY),Orbulina bilobata (D’ORBIGNY),Globigerina praebulloides BLOW, dan Globorotalia menardii (D’ORBIGNY), fosil bentonik ; Rosalina concinna, Textularia barrentii, Cibicides floridanus, Ammonia sp., Elphidium lessonii (d’Orbigny), dan Quinqueloculina seminula (Linne). Satuan ini berumur Miosen Atas bagian Atas dengan lingkungan pengendapan daerah
Neritik bagian Middle. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di
bawahnya yakni satuan tufa ialah menjemari akibat terbentuknya suatu
satuan pada waktu yang sama.
Satuan
batupasir memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Barat Laut ke
Tengggara dengan presentase luas sebesar 22% dan tebal 1275 m. Ciri
fisik satuan ini adalah berwarna putih agak kecoklatan, tekstur klastik,
ukuran butir 1/2-2 mm dan bentuk butir rounded sampai subrounded.
Kandungan fosil yang dimilikinya antara lain dari fosil planktonik ; Globigerinoides subquadratus BRONNIMANN, Orbulina suturalia BRONNIMANN, Globorotalia siakensis (LEROY), Globorotalia tumida (BRADY), dan Sphaerodinella subdehiscensBLOW, fosil bentonik ; Elphidium adventum (Chusman), Quinqueloculina tenagos, Asterigerina carinata, Amphistegina lessonii (d’Orbigny), Buliminella carseae Plummer, Textularia grahamensis Chusman, dan Robulus caicar (Linne). Satuan ini berumur Miosen Tengah Bagian Bawah dengan lingkungan pengendapan daerah
Neritik bagian Middle. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di
bawahnya yakni satuan lanau ialah ketidak selarasan akibat adanya selang
waktu pengendapan.
Satuan
lanau memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Barat Laut ke
Tenggara Menenggara dengan presentase luas sebesar 7% dan tebal 450 m.
Ciri fisik satuan ini adalah berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur
klastik, ukuran butir 1/256-1/6 mm, bentuk butir rounded-very rounded,
kemas tertutup sortasi baik, dan struktur berlapis. Kandungan fosil yang
dimilikinya antara lain dari fosil planktonik ; Globorotalia obese BOLLI, Globigerinoides sacculifer (BRADY), Globorotalia praemonardii CHUSMAN and ELLISOR, Globorotalia mayeri CHUSMAN and ELLISOR, Globigerinoides praebulleides BLOW, dan Globoquadrina altispira BLOW, fosil bentonik ; Cibicides porculantus, Dentalina sp., Uvigerina flintii (Chusman), Graudryna atlantica, Siphonia bradyana, dan Bulimina marginata. Satuan ini berumur Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen Tengah bagian Tengah dengan lingkungan pengendapan daerah
Bathyal bagian Inner. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di
atasnya yakni satuan batupasir ialah ketidakselarasan akibat adanya
selang waktu pengendapan dan satuan di bawahnya yakni satuan batulempung
karbonatan ialah menjemari akibat terbentuknya suatu satuan pada waktu
yang sama.
Satuan
lempung karbonatan memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Utara
ke Tenggara dengan presentase luas sebesar 28% dan tebal 870 m. Ciri
fisik satuan ini adalah berwarna coklat tua, tekstur klastik, ukuran
butir 1/256 mm, bentuk butir very rounded, kemas tertutup, sortasi baik
dan komposisi kimia karbonat. Kandungan fosil yang dimilikinya antara
lain dari fosil planktonik ; Globigerina tripartita KOCH, Globigerina venezuelana HEDBERG, Orbulina bilobata (D’ORBIGNY), Globorotalia peripheroronda BLOW and BANNER, Globigerinoides imaturus LEROY, Orbulina universa D’ORBIGNY, Globorotalia acostaensis BLOW, dan Globigerina dutertei (D’ORBIGNY), fosil bentonik ; Uvigerina mexiana Nuttal, Bulimina hispidia, Cibicides rugosus, Chilostomella oolina, Globobulimina affinis, Gyriodina orbicularis, dan Shiponina bradyana. Satuan ini berumur Miosen Tengah bagian Atas dengan lingkungan pengendapan daerah
Bathyal bagian Inner. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di
atasnya yakni satuan lanau ialah menjemari akibat terbentuknya suatu
satuan pada waktu yang sama dan satuan di bawahnnya yakni satuan serpih ialah ketidakselarasan akibat adanya selang waktu pengendapan.
Satuan
serpih memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Utara ke Selatan
dengan presentase luas sebesar 19% dan tebal 250 m. Ciri fisik satuan
ini adalah berwarna coklat kemerahan, tekstur klastik, ukuran butir
1/256 mm, bentuk butir rounded, kemas tertutup sortasi baik, dan
struktur berlapis. Kandungan fosil yang dimilikinya antara lain dari
fosil planktonik ; Globorotalia nana BOLLI, Globorotalia siakensis (LEROY), Globigerina tripartita KOCH, Globigerina venezuelana HEDBERG, Globorotalia opima BOLLI, Globigerinoides imaturus LEROY, dan Globigerina ampliapertura BOLLI, fosil bentonik ; Cribtomoide brady, Eponides polius, Oridosalis umbanatus, Bathysipon sp., Pyrgo sarsi (Schlumberger), dan Gyriodina depressa. Satuan ini berumur Oligosen bagian Tengah dengan lingkungan pengendapan daerah
Bathyal bagian Inner. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di
atasnya yakni satuan lempung karbonatan ialah ketidakselarasan akibat
adanya selang pengendapan.
BAB V
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum Mikropaelontologi Acara Biostratigrafi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Pengurutan stratigrafi dapat berdasarkan kandungan fosil yang terkandung dalam suatu Batuan.
b. Dapat mengetahui batas litologi suatu daerah.
c. Dapat mengetahui cara pembuatan peta geologi.
d. Dapat membuat kolom Biostratigrafi berdasarkan data-data yang telah disajikan.
IV.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan untuk daerah Kassi adalah :
a. Agar pemerintah menjadikan daerah ini menjadi suatu daerah penelitian.
b. Dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap daerah ini.
c. Agar pemerintah setempat menghimbau warganya untuk menjaga dan melestarikan tepat ini.
BAB IV
SEJARAH GEOLOGI
Sejarah
geologi daerah Kassi dimulai pada kala Oligosen bagian Tengah (N2)
dimana daerah Kassi merupakan suatu daerah cekungan laut dalam, pada
cekungan tersebut terendapkanlah mineral-mineral lempung yang kemudian
membentuk endapan serpih. Proses ini hanya terjadi hingga akhir kala
Oligosen bagian Tengah. Kemudian terjadi proses pengangkatan sehingga
mengakibatkan selang waktu pengendapan hingga pada awal kala Miosen
Tengah bagian Atas (N9-10). Kemudian pada kala ini terjadilah proses
transgresi atau naiknya muka air laut sehingga material-material lempung
yang bersifat karbonatan terendapkan dan terbentuklah endapan
batulempung karbonatan. Pada kala yang sama terendapkan pula
material-material yang sangat halus dan menghasilkan endapan lanau.
Peristiwa ini terjadi hingga kala Miosen Tengah bagian Tengah (N12).
Kemudian pada akhir kala ini terjadilah proses pengangkatan kembali,
sehingga pada keadaan ini terjadi selang waktu pengendapan hingga awal
kala Miosen Tengah bagian Bawah. Pada kala Miosen Tengah bagian Bawah
(N14) terjadilah proses transgresi sehingga material-material pasir
terendapkan dan terbentuklah endapan batupasir hinngga akhir kala Miosen
Tengah bagian Bawah. Kemudian pada awal kala Miosen
Atas bagian Atas (N15), terjadi pengendapan material-material organik
yang telah mati dan menghasilkan endapan batugamping. Pada kala ini juga
terendapkanlah material-material sisa erupsi vulkanik yang membentuk
endapan tufa. Peristiwa ini berlangsung hingga kala Miosen Atas bagian
Tengah(N15-N16).
DAFTAR PUSTAKA
Rochmanto, Budi. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik. Makassar: UNHAS, 2008.
M.S, Kaharuddin. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar, 1988.
Syarifin dan Djurnalia, Lia. Mikropaleontologi Foraminifera. Bandung, 2002
PHYLUM MOLLUSCA
Mollusca
merupakan inverterbrata yang mempunyai penyebaran luas dengan banyak
jenis. Tubuh dari Mollusca dapat digolongkan 2 bagian besar :
- Bagian Lunak
- Bagian-bagian yang keras (shell)
Mollusca
diambil dari perkataan latin yaitu suatu kacang-kacangan yang
terbungkus oleh cangkang tipis. Binatangnya menghuni sebuah cangkang
atau cangkangnya terdiri dari dua kelompok yang menutupi sebagian atau seluruh tubuhnya.
Hewan
ini muncul dari permulaan Zaman Kambrium serta dapat hidup dalam segala
macam air dan di darat. Mereka mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan
dapat dibuktikan dengan beberapa jenis dapat memanjat pohon, bukit-bukit
yang tinggi dan beberapa lainnya dapat hidup di padang
rumput. Ukuran binatangnya pun berlainan dan berkisar antara beberapa
mm sampai 25m. Tridacna, suatu Pelecyopoda yang sekarang masih hidup
dengan memiliki berat 225kg dan ruangan antara kedua kelopak cangkangnya
demikian besarnya sehingga dalam keadaan tertutup pun masih dapat
menampung seorang anak kecil.
Bagian yang keras (shell)
Hampir semua golongan mempunyai bagian-bagian yang keras yang disebut shell, dan umumnya shell ini terdiri dari 3 lapisan :
1. Periostracum
: merupakan bagian yang terluar dan tipis terdiri dari conchiolin,
yaitu semacam zat organic. Bagian ini dapat menebal mengalami
caleitisasi
2. Ostarcum
: Merupakan lapisan tengah daripada shell. Bagian inilah yang akhirnya
terlihat sebagai garis tumbuh. Komposisi terdiri dari kalsit/aragonite
atau kombinasi keduanya, bahkan ada yang bercampur dengan conchiolin.
Khususnya pada Pelecyopoda, garis tumbuh ini mempunyai struktur dan
bentukyang satu sama lain berlainan.
3. Hypostarcum
: merupakan lapisan yang terdalam terdiri dari kalsit/gamping. Pada
kebanyakan Mollusca maka lapisan ini dihasilkan oleh Epithelium dari
pada mantelnya.
Bagian yang lunak
Bagian yang lunak pada Mollusca umumnya memiliki sifat (umum) :
- tidak bersegmen (ruas)
- menunjukkan cirri khas Bilateral symetri di daerah anterior, posterior
Adapula
bagian-bagian yang lunak yang bersifat labil antara lain : hati, system
nervous, alat-alat respirasi, alat pencernaan, alat-alat pembuangan,
dan kesemuanya itu untuk tiap-tiap kelas mempunyai bentuk dan kedudukan
yang berlainan.
KLASSIFIKASI
Dasar-dasar
pembagian phylum Mollusca pada garis besarnya didasarkan atas keadaan
kaki dan bagian-bagian lunak lainnya yang selanjutnya mengakibatkan
perbedaan dari bagian-bagian yang keras.
Maka Phylum ini terbagi menjadi beberapa klas yaitu :
- Klas Amphiureura
- Klas Scaphopoda
- Klas Pelecyopoda
- Klas Gastropoda
- Klas Cepalopoda
Dasar pembagian menjadi golongan yang lebih rendah ; Sub kelas, family, ordo dan genus; didasarkan pada :
1. Jumlah dan keadaan daripada alat-alat pernafasan
2. Perbedaan sitem saref
3. Jumlah dan keadaan dari pada otot-otot
4. Struktur dan tipe alat-alat genetika
5. Struktur dan keadaan radulas jika ada
6. Keadaan, bentuk serta struktur dari pada shellnya, termasuk didalamnya struktur dalam shell.
#Klas Amphireura
Dibagi dua ordo :
- Polyplacophora
- Aplacophora
1. Ordo Polyplacophora
Ordo
ini mempunyai bentuk elips memanjang yang dibagian dorsal terlihat
seperti ada perisai yang terdiri dari 8 segmen. Masing-masing valve
mempunyai dua lapisan, lapisan atas yang disebut tegmentum dengan
komposisi zat conchiolin yang bersifat agak porous, sedangkan lapisan
bawahnya disebut artikula montum yang terdiri dari kalsit dan bersifat
non porous.
2. Ordo Aplacopophora :
Mempunyai
bentuk seperti cacing dimana tubuhnya dilapisi oleh semacam mantel.
Kaki mengalami suatu kemunduran atau malahan berupa cilia pada bagian
ventral yang berada dari mulut sampai anus. Disini tidak mempunyai
shell, tetapi mantelnya terdapat spiculaw yang bersifat calcareous yang
nantinya inilah yang akan menjadi fosil, maka tidak aneh apabila
aplacophora jarang sekali dijumpai dan hidup pada laut dangkal tetapi
beberapa jenis hidup dengan jalan membuat lubang,
umumnya bersimbiosme dengan jenis koral dan golongan hybrida lainnya,
pada daerah-daerah laut dalam.
Contoh spesies kelas Amphireura :
#Klas Schapopoda
Kelas
Schapopoda adalah merupakan Mollusca marina, dimana shell dan mentelnya
akan membentuk bersama-sama sebuah tabung yang melengkung dan terbuka
pada kedua ujungnya. Bagian dimana merupakan bentuk yang kecil
(posterior), yang bersar anterior. Otot-otot daging terdapat didekat
akhir posterior, melekat pada shell sedang pada anterior yang berbentuk
conus akan keluar kaki, dan disinilah terdapat alat-alat lunak seperti :
mulut, alat pencernaan makanan, dimana kadang-kadang kaki dan mulut itu
dikelilingi oleh cilia. Chapopoda dapat hidup sampai kedalaman 4750 m,
secara bentonik dengan melekatkan diri pada dasar yang lunak dengan
bagian-bagian posterior dibawah. Komposisi shell : zat organic dan
tumbuh dengan penambah kearah bagian yang besar. Pada permukaan luarnya
kadang-kadang halus, tetapi tidak jarang pula mempunyai coaste yang
halus yang berjalan searah dengan shellnya. Shell dari pada Schapopoda
mudah dibedakan berdasarkan atas bentuknya dan tidak mempunyai
kamar-kamar.
Contoh spesies dari klas Schaphopoda :
#Klas Pelecyopoda
Pelecyopoda
merupakan salah satu klas yang mempunyai penyebaran yang luas dan
adaptasi yang sangat baik. Adanya system bilateral simetri dari tubuhnya
baik bagian yang lunak maupun yang keras, mudah sekali dibedakan dengan
klas yang lain. Karena klas ini bersifat Bivalve (mempunai 2 valve).
Bila valvenya tertutup maka bagian-bagian yang lunak dapat masuk kedalam
rongga antara valve. Pelechyopoda muncul pada kambrium, umumnya hidup
bebas, bergerak menambat pada dasar tetapi kadang-kadang hidup terpendam
dilumpur atau membuat lubang pada kayu, bahkan menambat didasar yang
permanen. Klasifikasi Pelechyopoda biasanya didasarkan pada bagian tubuhnya tertentu yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan struktur insang biasanya dipakai oleh para ahli biologi, dan berguna dalam penyelidikan pelechyopoda
2. Klasifikasi
berdasarkan susunan gigi pada garis engsel dianggap penting sekali bagi
paleontology karena biasa diperiksa serta diamati pada fosil. Gigi pada
Pelechyopoda terbagi atas 2 susunan yaitu taksodon, dimana gigi memusat
mulai ari garis engsel ke tengah kelopak dan aktinodon dimana gigi
memancar dari umbu bawah
3. Klasifikasi
berdasarkan oto penutup secara ringkas adalah sebagai berikut : oto
isomyaria dimana kedua ototnya sama besar dan anisomyria dimana kedua
ototnya tidak sama besar atau hanya satu.
4. Klasifikasi
berdasarkan evolusi, dibuat berdasarkan penyesuaian diri dari
pelechyopoda terhadap lingkungannya yang mengakibatkan radiasi, hal ini
menyebabkan timbul tiga cara hidupnya yaitu hidup bebas pada dasar laut,
melekat pada dasar dan menggali lubang.
5. Klasifikasi
berdasarka gabungan insang, susunan gigi, dan otot penutup kelopak.
Berdasarkan klasifikasi ini dikenal tiga ordo yaitu :
· Ordo Taxodonta : gigi taxodonta, biasanya terdapat dua buah otot penutup yang sama besar, tanpa shipo
· Ordo
Anisomyra : biasanya kelopaknya tidak sama besar, otot penutup anterior
hampir atau sudah lenyap, otot posterior yang kuat sekali terdapat
dekat titik tengah kelopak agak dibelakangnya, gigi disodon atau isodon
atau tidak ada sama sekali, hidupnya melekat pada dasar laut dengan
byssus atau secara langsung dengan semen, tidak mempunyai siphon
· Ordo
Eulamellibranchia : ordo ini paling penting dan terdiri dari 26 super
keluarga, mereka mempunyai dua buah otot penutup yang sama besar atau
sama dan juga memiliki siphio, giginya skizodon, heterodon atau desmodon
Contoh spesies dari klas Pelechyopoda :
Klas Gastropoda
Gastropoda merupakan klas terbesar dalam phylum ini, yang termasuk dalam klas ini adalah hewan yang mempunyai cangkang terputar
atau tidak dan terbuat dari zat kapuran. Semula mereka menghuni lautan
tetapi dalan Kala Mesozoikum dan Kenozoikum banyak jenis yang dapat
menyesuaikan diri hidup di air tawar atau payau dan beberapa beberapanya
hidup didaratan. Ukuran cangkangnya berkisaran antara 0,5mm-50cm.
Gastropoda terdiri dari :
Kepala;
Pada kebanyakan Gastropoda bagian anterior (muka) dari tubuhnya adalah
kepalanya dan biasanya mempunyai berbagai macam alat penginra. Dibagian
ventral kepala terdapat sebuah mulut, sepasang mata yang biasanya
bergagang, dan sepasang atau dua pasang tentakel (alat peraba berbentuk
antena) yang bekerja sebagai alat pengindra. Mulut mempunyai radula,
yaitu suatu alat yang menyerupai lidah yang bergig-gigi serta parutyang
gunanya untuk menangkap atau mengunyah atau memangsa mangsanya. Radula
ini terbuat dari khitindan terdiri dari banya gigi yang jumlahnya
berkisar 16-750000
1. Isi
Perut; Terdiri atas saluran pencernaan (usus) yang terletak langsung
dibelakang rongga mulut, sebuah hati yang cukup besar, ginjal, jantung,
pembuluh darah alat perkembangbiakan, dan jaringan urat saraf. Isi perut
terletak di bagian dorsal kaki dan mengisi ruang cangkang.
2. Kulit Mantel; Merupakan selaput kulit tipis yang menyelubungi badan Gastropoda dan juga sebagai pembuat cangkang.
3. Cangkang;
Rangka luar disebut cangkang dan jumlahnya hanya satu, berbentuk
macam-macam, kebanyakan seperti kerucut, atau tabung yang terbuka pada
ujung satunya dan menjadi runcing pada ujung suatu sumbu, sehingga
berupa spiral. Spiral ini dapat berputar dalam satu bidang (planispiral)
dan 3 dimensi (trochoid spiral). Putaran itu menghubungkan satu sama
lain dan tempat sambungnya merupakan suatu garis yang disebut sutura.
Putaran yang terakhir biasanya lebih besar dari putaran yang lebih
dahulu. Cangkang disebut tertutup, jika putaran yang akhir menutupi
putaran yang lebih dulu. Dinding cangkang terdiri dari tiga lapisan
yaitu dari luar kedala berturut-turut :
· Peritoisme tipis terbuat dari zat kitin
· Lapisan Prisma terbuat dari karbonat
· Lapisan muara yang terbuat dari karbonat
Contoh spesies dari klas Gastropoda :
#Klas Cephalopoda
Cephalopoda
merupakan hewan inverterbrata yang paling progresif disbandingkan
dengan golongan inverterbrata lainnya. Hewan ini dapat memiliki cangkang
di luar atau didalam. Badan hewannya yang lunak memiliki sebuah kepala
dengan sepasang mata besar dengan perkembangan yang baik seperti mata
ikan, alat pendengaran dan mulut dengan rahangnya yang menyerupai paruh
burung kakak tua dan dikelilingi oleh tangan-tangan yang berfungsi untuk
meraba dan menangkap (tentakel).
Kelas Cephalopoda dapat dibagi menjadi 3 subklas yaitu :
1. Subklas Naulitoidea
Naulitoidea
mempunyai cangkang luar dan terdiri dari sebuah tabung yang terbuka
pada ujung yang satu dan menjadi rumit pada ujung lainnya. Tabung ini
dapat berbentuk lurus, bengkok atau spiral. Dalam bentuk spiral
putarannya (coil) dapat tertutup (involut) dan terbuka (evolut). Dinding
cangkang dari bagian luar kedalam terdiri dari 4 lapisan, yaitu:
· Lapisan kitin
· Lapisan gampingan
· Lapisan porselin
· Lapisan mutiara
2. Subklas Ammonoidea
Pada
kebanyakan Ammonoidea cangkangnya terputar pada satu bidang, tetapi
beberapa cangkangnya dapat lurus misalnya pada Lobobacteries. Garis
suture pada Ammonoidea sangat rumir, bentuk dari garis suture ini
berlainan pada tiap Ammonoidea dan sangat penting bagi klasifikasi hewan
ini. Garis gelombang pada Ammonoidea dapat dibagi dalam beberapa bagian
yaitu sadle dan gelambir
3. Subklas Coleodea
Cangkang
Coleodea lurus dengan dua buah insang. Tentakel berjumlah 8 atau 10
buah. Rangka berada didalam atau tidak mempunyai sama sekali. Yang
termasuk subklas ini adalah spirula yang masih hidup sekarang. Dari
subklas ini ada 4 ordo yaitu :
· Ordo Belemnoidea
· Ordo Sepoidea
· Ordo Tenthoidea
· Ordo Octhopoda
Dari
keempat ordo ini, ordo Belemnoidea telah puna. Diantara Celenoidea yang
terpenting untuk keperluan statigrafi adalah golongan Belemnoidea.
Contoh spesies dari klas Cephalopoda :
Salam Relawan Geologi Papua - Independent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar