Selasa, 14 April 2015

Mikropaleontologi (Biostratigafi??)

Mikropaleontologi (Biostratigafi??)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil, ilmu ini mempelajari masalah organisme yang hidup pada masa yang lampau yang berukuran sangat renik (mikroskopis),yang dalam pengamatannya harus menggunakan Mikroskop atau biasa disebut micro fossils (fosil mikro). Pembahasan mikropaleontologi ini sesungguhnya sangat heterogen, berasal baik dari hewan maupun tumbuhan ataupun bagian dari hewan atau tumbuahan. Pada ilmu Mikropaleontologi ini dikenal adanya Analisis Biostratigrafi. Dimana biostratigrafi tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dalam penentuan umur relatif dan lingkungan pengendapan dari suatu Batuan berdasarkan kandungan fosil yang terkandung dalam Batuan tersebut. Oleh karena itu diadakanlah praktikum Mikropaleontologi dengan acara Biostratigrafi, praktikum ini dilakukan agar memudahkan mahasiswa dalam membuat analisa masalah Biostratigrafi


I.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum Mikropaleontologi acara Biostartigrafi adalah:
a. Untuk melakukan analisis Biostratigrafi.
b. Mengidentifikasi batas litologi suatu daerah
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Mikropaleontologi acara Biostartigrafi adalah:
a. Mengetahui urutan stratigrafi berdasarkan kandungan fosil yang terkandung dalam suatu Batuan.
b. Mengetahui batas litologi suatu daerah.
c. Mengetahui cara pembuatan peta geologi.
d. Membuat kolom Biostratigrafi.
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah sebagai berikut :
a. Problem set
b. Range chart miosen
c. Tabel umur zonasi Blow
d. Tabel umur lingkungan pengendapan
e. Mistar 30 cm
f. Kertas grafik A3
g. Kertas A4 10 lembar
h. Pensil warna
i. Busur derajat
j. Referensi
1.4 Prosedur Kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum biostratigrafi ini adalah sebagai berikut :
a. Tentukan batas litologi dan buat peta geologi dalam kertas kalkir 1 : 25.000, serta penampang geologinya H : V = 1 : 1 kemudian hitung ketebalan setiap litologi.
b. Hitung persentase plagic ratio untuk fosil planktonik dan bentonik serta buat kurva pelagic rationya.
c. Buat tabel penentuan umur berdasrkan kandungan fosil planktonik yang dijumpai pada tiap litologi.
d. Buat zonasi lingkungan pengendapan berdasrkan fosil-fosil bentonik yang ada.
e. Buat tabel analisa semikulitatif dan kuantitatif.
f. Buat kolom stratigrafi daerah Buton skala 1 : 100
g. Buat sejarah geologi daerah penelitian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Kata stratigrafi berasal dari kata Latin stratum dan kata Yunani graphia, secara tradisional dianggap sebagai ilmu deskriptif mengenai strata batuan.
Ilmu stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah William Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan tanah muncul pada urutan yang sama (superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan tanah yang terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan tanah merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka, bisa dibuat perbandingan pada sebuah daerah yang luas. Setelah beberapa waktu, dimiliki sebuah sistem umum periode-periode geologi meski belum ada penamaan waktunya. Pada beberapa dekade terakhir, arti penting stratigrafi untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam batuan yang tidak berlapis, baik batuan sedimen maupun batuan beku intrusi dan batuan metamorf masif, telah terbukti. Tubuh-tubuh batuan yang tidak berlapis tidak hanya merupakan sumber data umur numerik (geokronometrik) yang ditentukan berdasarkan metoda-metoda isotop, namun juga memberikan informasi umur batuan-batuan lain melalui hubungan pemotongan dan batas dengan batuan berlapis dan/atau tidak berlapis yang berasosiasi dengannya. Dengan demikian, definisi stratigrafi harus diperluas hingga mencakup pemerian semua tubuh batuan penyusun kerak bumi serta pengelompokkan batuan-batuan tersebut ke dalam satuan-satuan yang dapat dipetakan, khas, dan berguna berdasarkan sifat-sifat atau gejala-gejala inheren. Prosedur stratigrafi mencakup pemerian, penggolongan, penamaan, dan korelasi satuan-satuan tersebut dengan tujuan untuk mengetahui hubungan ruang-waktu antara berbagai satuan tersebut. Stratigrafi tidak hanya menujukan pada urut-urutan asli dan hubungan umur batuan, namun juga pada penyebaran, litologi, komposisi, kandungan fosil, sifat-sifat fisika, sifat-sifat kimia, dan, sungguh, dengan semua sifat dan gejala yang terlihat dalam tubuh batuan serta penafsiran tubuh batuan tersebut dalam arti kata lingkungan, cara pembentukan, dan sejarah geologinya. Semua kategori batuan-baik batuan sedimen, batuan beku, maupun batuan metamorf;baik yang padu maupun tidak padu-berada dalam ruang lingkup stratigrafi dan penggolongan stratigrafi.
Satuan stratigrafi (stratigraphic unit). Satuan stratigrafi adalah tubuh batuan yang dianggap sebagai satu kesatuan (satu entitas khas) berdasarkan banyak sifat atau gejala yang dimiliki oleh batuan. Satuan stratigrafi yang ditentukan keberadaannya berdasarkan satu sifat tidak harus identik dengan satuan stratigrafi lain yang ditentukan keberadaanya berdasarkan sifat yang lain. Oleh karena itu, serangkaian istilah yang berbeda perlu dibuat untuk menyatakan satuan yang didasarkan pada aspek yang berbeda sedemikian rupa sehingga satuan yang didasarkan pada satu aspek batuan dapat dengan mudah dibedakan dari satuan lain yang didasarkan pada aspek batuan yang lain pula. Definisi yang jelas mengenai suatu satuan stratigrafi sangat penting artinya.
Peristilahan stratigrafi (stratigraphic terminology). Peristilahan stratigrafi adalah semua istilah yang digunakan dalam penggolongan stratigrafi seperti formasi, jenjang, dan biozona. Peristilahan stratigrafi dapat bersifat resmi maupun tidak resmi. Adapun peristilahan dari stratigrafi yang bersifat resmi maupun tidak resmi adalah sebagai berikut:
1. Tatanama stratigrafi (stratigraphic nomenclature). Tatanama stratigrafi adalah sistem penamaan yang tepat terhadap suatu satuan stratigrafi, misalnya Formasi Trenton, Sistem Jura, dan Zona Kisaran Dibunophyllum.
2. Zona (zone). Zona adalah satuan stratigrafi dalam beberapa kategori satuan stratigrafi yang berbeda. Oleh karena itu, ada beberapa jenis zona, tergantung pada sifat-sifat batuan yang dipakai sebagai dasar penentuan zona tersebut, misalnya litozona, biozona, kronozona, zona mineral, zona metamorf, zona polaritas-magnet, dsb. Bila digunakan secara resmi, istilah zona diawali dengan huruf besar (Zona) untuk membedakannya dengan peristilahan tidak resmi. Jenis zona yang digunakan dalam sebuah komunikasi hendaknya dijelaskan.
3. Horizon (horizon). Horizon stratigrafi adalah sebuah bidang yang mengindikasikan suatu posisi pada suatu sekuen stratigrafi. Dalam prakteknya, istilah "horizon" sering diterapkan pada suatu lapisan yang sangat tipis dan bersifat khas. Dalam stratigrafi dikenal adanya beberapa jenis horizon, tergantung pada sifat stratigrafi yang digunakan sebagai dasar penentuannya: litohorizon, biohorizon, kronohorizon, horizon seismik, horizon elektrolog, dsb. Horizon stratigrafi tidak hanya dapat berperan sebagai pembatas suatu satuan stratigrafi, namun juga sebagai suatu lapisan penciri di dalam suatu satuan yang terutama penting artinya untuk tujuan korelasi.
4. Korelasi (correlation). Kata "korelasi," dalam pengertian stratigrafi, diartikan sebagai penunjukkan korespondensi karakter dan/atau posisi stratigrafi. Ada beberapa jenis korelasi, tergantung pada gejala yang digunakan sebagai dasar pengkorelasian. Korelasi litologi (lithologic correlation) adalah usaha untuk menunjukkan korespondensi sifat-sifat litologi dan posisi litostratigrafi; biokorelasi (biocorrelation) adalah usaha untuk memperlihatkan korespondensi kandungan fosil dan posisi biostratigrafi; kronokorelasi (chronocorrelation) adalah usaha untuk memperlihatkan korespondensi umur dan posisi kronostratigrafi.
5. Geokronologi (geochronology). Geokronologi adalah ilmu yang mempelajari cara-cara penentuan umur batuan dan menentukan urut-urutan peristiwa geologi dalam sejarah bumi.
6. Satuan geokronologi (geochronologic unit). Satuan geokronologi adalah suatu satuan waktu geologi (waktu yang ditentukan berdasarkan metoda-metoda geologi). Satuan ini bukan berupa batuan dan, oleh karenanya, bukan merupakan satuan stratigrafi, meskipun satuan ini berkorespondensi dengan rentang waktu yang dicerminkan oleh suatu satuan stratigrafi.
7. Geokronometri (geochronometry). Geokronometri adalah cabang geokronologi yang membahas tentang pengukuran waktu geologi kuantitatif (numerik), biasanya dalam satuan ribuan atau jutaan tahun. Singkatan ka untuk ribuan (103), Ma untuk jutaan (106), dan Ga untuk milyar (109) tahun dewasa ini biasa digunakan untuk menyatakan rentang waktu sebelum masa sekarang, bukan untuk menyatakan rentang waktu yang ditampilkan oleh suatu interval rekaman geologi.
8. Fasies (facies). Dalam stratigrafi, istilah fasies berarti aspek, khuluk, atau manifestasi sifat (biasanya mencerminkan asal-usul) batuan atau material penyusun batuan. Mungkin tidak ada satupun istilah dalam geologi, selain istilah fasies, yang telah digunakan untuk menyatakan konsep yang berbeda-beda. Sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Gressly (1838), istilah fasies dimaksudkan untuk menyatakan perubahan aspek litologi pada arah lateral. Walau demikian, pengertiannya kemudian diperluas hingga istilah itu kemudian dipakai untuk menyatakan lingkungan pengendapan atau lingkungan pembentukan batuan (fasies delta, fasies bahari, fasies vulkanik, fasies laut dalam), untuk menyatakan komposisi litologi (fasies batupasir, fasies batugamping, fasies red-bed), untuk menyatakan wilayah geografis atau iklim (fasies Tethys, fasies boreal, fasies tropis, fasies Jerman), untuk menyatakan fosil yang terkandung di dalam batuan (fasies graptolit, shelly facies), untuk menyatakan rezim tektonik (fasies geosinklin, fasies orogen), dan untuk menyatakan tingkatan metamorfisme. Istilah fasies juga digunakan sebagai nomina untuk menyatakan aspek, kenampakan, atau sifat tubuh batuan yang khas. Jika kita akan menggunakan istilah fasies, sebaiknya kita menyatakan dengan jelas jenis fasies apa yang dimaksudkan dalam tulisan atau pembicaraan yang kita sampaikan: litofasies, biofasies, fasies metamorf, tektonofasies, dsb.
9. Pemakaian istilah umum untuk pengertian yang spesifik. Pemakaian istilah yang memiliki pengertian umum untuk menyatakan sesuatu yang memiliki pengertian spesifik merupakan salah satu sumber yang menyebabkan timbulnya banyak kerancuan dan perdebatan mengenai tata peristilahan stratigrafi. Sebagai contoh, istilah "stratigrafi" hendaknya tidak dibatasi hanya untuk menyatakan hubungan umur antara berbagai tubuh atau strata batuan; istilah "korelasi" tidak hanya berarti korelasi waktu; istilah "geokronologi" hendaknya tidak dibatasi untuk penentuan umur berdasarkan isotop; istilah "zona" dapat digunakan pada zona-zona selain zona fosil; istilah "biozona" tidak menyatakan satu tipe satuan biostratigrafi tertentu; dan istilah "interval" dapat menyatakan waktu selain ruang. Prosedur yang disarankan adalah mempertahankan istilah lama dengan pengertian asalnya, kemudian mencari istilah baru untuk menyatakan hal yang lebih khusus serta menggunakan istilah yang tidak rancu untuk hal tersebut.
Selain itu, ada dua kategori satuan stratigrafi yang makin lama makin sering digunakan dalam penelitian stratigrafi yakni:
a. Satuan yang dibatasi oleh ketidakselarasan, yaitu tubuh batuan yang di atas dan dibawahnya dibatasi oleh diskontinuitas lintap stratigrafi yang berarti.
b. Satuan polarisasi magnetostratigrafi, yakni satuan yang didasarkan pada orientasi magnetisasi remanen dari tubuh batuan.
Kategori-Kategori Penggolongan Stratigrafi. tubuh-tubuh batuan dapat digolongkan ke dalam sejumlah kategori, dimana setiap kategori itu memerlukan satuan yang tersendiri. Ada tiga kategori satuan stratigrafi resmi yang paling banyak dikenal dan digunakan dalam penelitian geologi yakni:
a. Satuan litostratigrafi, yakni satuan yang didasarkan pada sifat-sifat litologi tubuh batuan.
b. Satuan biostratigrafi, yakni satuan yang didasarkan pada fosil-fosil yang terkandung dalam tubuh batuan.
c. Satuan kronostratigrafi, yakni satuan yang didasarkan pada waktu pembentukan tubuh batuan.
Satuan biostratigrafi adalah tubuh lapisan batuan yang dikenali berdasarkan kandungan fosil atau ciri-ciri paleontologi sebagi sendi pembeda tubuh batuan di sekitarnya. Kelanjutan satuan biostratigrafi ditentukan oleh penyebaran gejala paleontologi yang mencirikannya (Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Biostratigrafi merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan fosil yang terkandung didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu menunjukkan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili periode waktu yang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Fosil berguna karena sedimen yang berumur sama dapat terlihat sama sekali berbeda dikarenakan variasi lokal lingkungan sedimentasi. Sebagai contoh, suatu bagian dapat tersusun atas lempung dan napal sementara yang lainnya lebih bersifat batu gamping kapuran, tetapi apabila kandungan spesies fosilnya serupa, kedua sedimen tersebut kemungkinan telah diendapkan pada waktu yang sama.
Tingkat dan jenis biostratigrafi, dimana didalamnya adalah zona. Zona adalah satuan lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh fosil planktonik dan bentonik yang terkandung dalam batuan itu sendiri.
Dalam biostartigrafi terdapat beberapa macam zona adal sebagai berikut :
a. Zona kumpulan
Zona kumpulan adalah suatu lapisan atau kesatuan sejumlah lapisan yang terdiri oleh kmpulan alamiah fosil yang khas atau kumpulan suatu jenis fosil. Kegunaan zona kumpulan selin sebagai penunjuk lingkungan kehidupan purba, dapat dipakai sebagai penciri waktu.
b. Zona kisaran
Zona kisaran adalah tubuh lapisan batuan yang mengcakup kisaran stratigrafi unsure terpilih dari kemapuan seluruh foisl yang ada. Kegunaan zona kisaran terutama korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan dan sebagai dasar untuk penempatan batuan-batuan dalam skala waktu geologi.
c. Zona puncak
Zona puncak adalah tubuh lapisan batuan yang menunjukan perkembangan maksimun suatu takson tertentu. Kegunaan zona puncak dalam hal tertentu ialah untuk menunjukkan kedudukan kronostratigrafi tubuh lapisan batuan dan dapat dipakai sebagai penunjuk lingkungan pengendapan purba, iklim purba.
d. Zona selang
Zona selang ialah selang stratigrafi antara pemunculan awal/akhir dari dua takson penciri. Kegunaan dari zona selang yaitu pada umumnya untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan.
e. Zona rombakan
Zona rombakan adalah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh banyaknya fosil rombakan berbeda jauh daripada tubuh lapisan batuan diatas dan dibawahnya.
f. Zona padat
Zona padat adalah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh melimpahnya fosil dengan kepadatanpopulasinya jauh lebih banyak daripada tubuh batuan diatas dan dibawahnya.
Dalam biostartigrafi dikenal istilah ketidak-selarasan. Ketidak selarasan adalah bukti untuk adanva ketidak‑lanjutan vertikal dari sedimentasi yang disebabkan oleh adanya gejala tektonik. seperti pengangkatan, yang dapat disebabkan pelipatan yang disusul oleh pengangkatan (orogenesa) ataupun pengangkatan dan pemiringan semata ataupun semata‑mata pengangkatan atau epirogenesa. Adapun jenis-jenis ketidak selarasan adalah sebagai berikut :
a. Angular Unconformity
Angular Unconformity adalah tipe ketidak selaran yang menunjukkan batuan tipe ketidak selaran yang menunjukkan batuan sedimen yang lebih mudah menumpang diatas bidang miring tererosi yang merupakan batuan yang lebih tua dan telah mengalami pemiringan (tilted) atau perlipatan. Angular unconformity dapat menunjukkan ukuran sepuluh hingga seratus kilometer, jarang berupa hubungan individu batuan tetapi selalu dalam satuan batuan. Struktur seperti submarine slide, cross bedding tidak termasuk tipe ini.
b. Disconformity
Disconformity ialah perlapisan sejajar diatas dan dibawah bidang ketidak-selarasan, bidang kontaknya ditandai oleh kenampakan bidang erosi yang nyata dan tidak rata. Disconformity lebih mudah dikenal karena adanya permukaan erosi mungkin karena saluran (channel). Seperti halnya angular unconformity dapat pula ditandai dengn fosil, zona soil (paleosols) yang mungkin ditandai oleh gravel tertinggal (lag-gravel) pada bagian atas bidang ketidak selarasan dan menunjukkan bongkah litologi yang sama dengan litologi bagian bawahnya.
Paraconformity ketidak selarasan sejajar, perlapisan batuan sejajar diatas dan dibawah bidang ketidak-selarasan. Tidak menunjukkan tanda erosi dan proses fisika lainnya. Hanya bisa ditentukan dengan mengetahui perbedaan kandungan fauna atau perubahan zonasi faunanya.

c. Paraconformity
Paraconformity ketidak selarasan sejajar, perlapisan batuan sejajar diatas dan dibawah bidang ketidak-selarasan. Tidak menunjukkan tanda erosi dan proses fisika lainnya. Hanya bisa ditentukan dengan mengetahui perbedaan kandungan fauna atau perubahan zonasi faunanya.
d. Nonconformity
Ketidak selarasan antara batuan sedimen dengan batuan beku atau matamorf yang lebih tua dan telah tererosi sebelum batuan sedimen terendapkan diatasnya.

BAB III
PEMBAHASAN
Dasar pembagian litologi daerah Kassi didasarkan pada kandungan fosil yang dikandung dari tiap litologi. Dimana pada masing-masing litologi memiliki umur, ciri fisik dan lingkungan pengendapan yang berbeda. Daerah Kassi memiliki 6 litologi satuan batuan yaitu satuan tufa, satuan batugamping, satuan batupasir, satuan lanau, satuan batulempung karbonatan, dan satuan serpih.
Satuan tufa memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Utara ke Selatan dengan presentase luas sebesar 10% dan tebal 575 m. Ciri fisik satuan ini adalah berwarna kuning keabu-abuan, tekstur pyroklastik, komposisi kimia karbonat dan ukuran butir 1/8-1 mm. Kandungan fosil yang dimilikinya antara lain dari fosil planktonik ; Globigerina venezuelana HEDBERG, Globigerina dutertei (D’ORBIGNY), Globigerinoides listulosus (SCHUBERT), Globorotalia siakensis (LEROY), dan Globigerinoides obliques BOLLI, fosil bentonik ; Elphidium lanteri (d’Orbigny), Quinqueloculina tenagos, Quinqueloculina seminula (Linne), Eggrella advena, dan Discorbis maonesis Bermudes. Satuan ini berumur Miosen Atas bagian Atas sampai Miosen Atas bagian Tengah dengan lingkungan pengendapan daerah Neritik bagian Middle. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di bawahnya yakni satuan batugamping ialah menjemari akibat terbentuknya suatu satuan pada waktu yang sama.
Satuan batugamping memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Utara Barat Laut ke Timur Menenggara dengan presentase luas sebesar 14% dan tebal 875 m. Ciri fisik satuan ini adalah berwarna putih kecoklatan, tekstur klastik, komposisi kimia karbonat, struktur tidak berlapis dan ukuran butir 1/4-4 mm. Kandungan fosil yang dimilikinya antara lain dari fosil planktonik ; Globorotalia acostaensis BLOW, Globorotalia siakensis (LEROY),Orbulina bilobata (D’ORBIGNY),Globigerina praebulloides BLOW, dan Globorotalia menardii (D’ORBIGNY), fosil bentonik ; Rosalina concinna, Textularia barrentii, Cibicides floridanus, Ammonia sp., Elphidium lessonii (d’Orbigny), dan Quinqueloculina seminula (Linne). Satuan ini berumur Miosen Atas bagian Atas dengan lingkungan pengendapan daerah Neritik bagian Middle. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di bawahnya yakni satuan tufa ialah menjemari akibat terbentuknya suatu satuan pada waktu yang sama.
Satuan batupasir memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Barat Laut ke Tengggara dengan presentase luas sebesar 22% dan tebal 1275 m. Ciri fisik satuan ini adalah berwarna putih agak kecoklatan, tekstur klastik, ukuran butir 1/2-2 mm dan bentuk butir rounded sampai subrounded. Kandungan fosil yang dimilikinya antara lain dari fosil planktonik ; Globigerinoides subquadratus BRONNIMANN, Orbulina suturalia BRONNIMANN, Globorotalia siakensis (LEROY), Globorotalia tumida (BRADY), dan Sphaerodinella subdehiscensBLOW, fosil bentonik ; Elphidium adventum (Chusman), Quinqueloculina tenagos, Asterigerina carinata, Amphistegina lessonii (d’Orbigny), Buliminella carseae Plummer, Textularia grahamensis Chusman, dan Robulus caicar (Linne). Satuan ini berumur Miosen Tengah Bagian Bawah dengan lingkungan pengendapan daerah Neritik bagian Middle. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di bawahnya yakni satuan lanau ialah ketidak selarasan akibat adanya selang waktu pengendapan.
Satuan lanau memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Barat Laut ke Tenggara Menenggara dengan presentase luas sebesar 7% dan tebal 450 m. Ciri fisik satuan ini adalah berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur klastik, ukuran butir 1/256-1/6 mm, bentuk butir rounded-very rounded, kemas tertutup sortasi baik, dan struktur berlapis. Kandungan fosil yang dimilikinya antara lain dari fosil planktonik ; Globorotalia obese BOLLI, Globigerinoides sacculifer (BRADY), Globorotalia praemonardii CHUSMAN and ELLISOR, Globorotalia mayeri CHUSMAN and ELLISOR, Globigerinoides praebulleides BLOW, dan Globoquadrina altispira BLOW, fosil bentonik ; Cibicides porculantus, Dentalina sp., Uvigerina flintii (Chusman), Graudryna atlantica, Siphonia bradyana, dan Bulimina marginata. Satuan ini berumur Miosen Tengah bagian Atas sampai Miosen Tengah bagian Tengah dengan lingkungan pengendapan daerah Bathyal bagian Inner. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di atasnya yakni satuan batupasir ialah ketidakselarasan akibat adanya selang waktu pengendapan dan satuan di bawahnya yakni satuan batulempung karbonatan ialah menjemari akibat terbentuknya suatu satuan pada waktu yang sama.
Satuan lempung karbonatan memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Utara ke Tenggara dengan presentase luas sebesar 28% dan tebal 870 m. Ciri fisik satuan ini adalah berwarna coklat tua, tekstur klastik, ukuran butir 1/256 mm, bentuk butir very rounded, kemas tertutup, sortasi baik dan komposisi kimia karbonat. Kandungan fosil yang dimilikinya antara lain dari fosil planktonik ; Globigerina tripartita KOCH, Globigerina venezuelana HEDBERG, Orbulina bilobata (D’ORBIGNY), Globorotalia peripheroronda BLOW and BANNER, Globigerinoides imaturus LEROY, Orbulina universa D’ORBIGNY, Globorotalia acostaensis BLOW, dan Globigerina dutertei (D’ORBIGNY), fosil bentonik ; Uvigerina mexiana Nuttal, Bulimina hispidia, Cibicides rugosus, Chilostomella oolina, Globobulimina affinis, Gyriodina orbicularis, dan Shiponina bradyana. Satuan ini berumur Miosen Tengah bagian Atas dengan lingkungan pengendapan daerah Bathyal bagian Inner. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di atasnya yakni satuan lanau ialah menjemari akibat terbentuknya suatu satuan pada waktu yang sama dan satuan di bawahnnya yakni satuan serpih ialah ketidakselarasan akibat adanya selang waktu pengendapan.
Satuan serpih memiliki daerah penyebaran relatif dari arah Utara ke Selatan dengan presentase luas sebesar 19% dan tebal 250 m. Ciri fisik satuan ini adalah berwarna coklat kemerahan, tekstur klastik, ukuran butir 1/256 mm, bentuk butir rounded, kemas tertutup sortasi baik, dan struktur berlapis. Kandungan fosil yang dimilikinya antara lain dari fosil planktonik ; Globorotalia nana BOLLI, Globorotalia siakensis (LEROY), Globigerina tripartita KOCH, Globigerina venezuelana HEDBERG, Globorotalia opima BOLLI, Globigerinoides imaturus LEROY, dan Globigerina ampliapertura BOLLI, fosil bentonik ; Cribtomoide brady, Eponides polius, Oridosalis umbanatus, Bathysipon sp., Pyrgo sarsi (Schlumberger), dan Gyriodina depressa. Satuan ini berumur Oligosen bagian Tengah dengan lingkungan pengendapan daerah Bathyal bagian Inner. Adapun hubungan stratigrafi dengan satuan di atasnya yakni satuan lempung karbonatan ialah ketidakselarasan akibat adanya selang pengendapan.
BAB V
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum Mikropaelontologi Acara Biostratigrafi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Pengurutan stratigrafi dapat berdasarkan kandungan fosil yang terkandung dalam suatu Batuan.
b. Dapat mengetahui batas litologi suatu daerah.
c. Dapat mengetahui cara pembuatan peta geologi.
d. Dapat membuat kolom Biostratigrafi berdasarkan data-data yang telah disajikan.
IV.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan untuk daerah Kassi adalah :
a. Agar pemerintah menjadikan daerah ini menjadi suatu daerah penelitian.
b. Dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap daerah ini.
c. Agar pemerintah setempat menghimbau warganya untuk menjaga dan melestarikan tepat ini.
BAB IV
SEJARAH GEOLOGI
Sejarah geologi daerah Kassi dimulai pada kala Oligosen bagian Tengah (N2) dimana daerah Kassi merupakan suatu daerah cekungan laut dalam, pada cekungan tersebut terendapkanlah mineral-mineral lempung yang kemudian membentuk endapan serpih. Proses ini hanya terjadi hingga akhir kala Oligosen bagian Tengah. Kemudian terjadi proses pengangkatan sehingga mengakibatkan selang waktu pengendapan hingga pada awal kala Miosen Tengah bagian Atas (N9-10). Kemudian pada kala ini terjadilah proses transgresi atau naiknya muka air laut sehingga material-material lempung yang bersifat karbonatan terendapkan dan terbentuklah endapan batulempung karbonatan. Pada kala yang sama terendapkan pula material-material yang sangat halus dan menghasilkan endapan lanau. Peristiwa ini terjadi hingga kala Miosen Tengah bagian Tengah (N12). Kemudian pada akhir kala ini terjadilah proses pengangkatan kembali, sehingga pada keadaan ini terjadi selang waktu pengendapan hingga awal kala Miosen Tengah bagian Bawah. Pada kala Miosen Tengah bagian Bawah (N14) terjadilah proses transgresi sehingga material-material pasir terendapkan dan terbentuklah endapan batupasir hinngga akhir kala Miosen Tengah bagian Bawah. Kemudian pada awal kala Miosen Atas bagian Atas (N15), terjadi pengendapan material-material organik yang telah mati dan menghasilkan endapan batugamping. Pada kala ini juga terendapkanlah material-material sisa erupsi vulkanik yang membentuk endapan tufa. Peristiwa ini berlangsung hingga kala Miosen Atas bagian Tengah(N15-N16).
DAFTAR PUSTAKA
Rochmanto, Budi. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik. Makassar: UNHAS, 2008.
M.S, Kaharuddin. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar, 1988.
Syarifin dan Djurnalia, Lia. Mikropaleontologi Foraminifera. Bandung, 2002

 

PHYLUM MOLLUSCA

Mollusca merupakan inverterbrata yang mempunyai penyebaran luas dengan banyak jenis. Tubuh dari Mollusca dapat digolongkan 2 bagian besar :
- Bagian Lunak
- Bagian-bagian yang keras (shell)
Mollusca diambil dari perkataan latin yaitu suatu kacang-kacangan yang terbungkus oleh cangkang tipis. Binatangnya menghuni sebuah cangkang atau cangkangnya terdiri dari dua kelompok yang menutupi sebagian atau seluruh tubuhnya.
Hewan ini muncul dari permulaan Zaman Kambrium serta dapat hidup dalam segala macam air dan di darat. Mereka mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan dapat dibuktikan dengan beberapa jenis dapat memanjat pohon, bukit-bukit yang tinggi dan beberapa lainnya dapat hidup di padang rumput. Ukuran binatangnya pun berlainan dan berkisar antara beberapa mm sampai 25m. Tridacna, suatu Pelecyopoda yang sekarang masih hidup dengan memiliki berat 225kg dan ruangan antara kedua kelopak cangkangnya demikian besarnya sehingga dalam keadaan tertutup pun masih dapat menampung seorang anak kecil.
Bagian yang keras (shell)
Hampir semua golongan mempunyai bagian-bagian yang keras yang disebut shell, dan umumnya shell ini terdiri dari 3 lapisan :
1. Periostracum : merupakan bagian yang terluar dan tipis terdiri dari conchiolin, yaitu semacam zat organic. Bagian ini dapat menebal mengalami caleitisasi
2. Ostarcum : Merupakan lapisan tengah daripada shell. Bagian inilah yang akhirnya terlihat sebagai garis tumbuh. Komposisi terdiri dari kalsit/aragonite atau kombinasi keduanya, bahkan ada yang bercampur dengan conchiolin. Khususnya pada Pelecyopoda, garis tumbuh ini mempunyai struktur dan bentukyang satu sama lain berlainan.
3. Hypostarcum : merupakan lapisan yang terdalam terdiri dari kalsit/gamping. Pada kebanyakan Mollusca maka lapisan ini dihasilkan oleh Epithelium dari pada mantelnya.
Bagian yang lunak
Bagian yang lunak pada Mollusca umumnya memiliki sifat (umum) :
- tidak bersegmen (ruas)
- menunjukkan cirri khas Bilateral symetri di daerah anterior, posterior
Adapula bagian-bagian yang lunak yang bersifat labil antara lain : hati, system nervous, alat-alat respirasi, alat pencernaan, alat-alat pembuangan, dan kesemuanya itu untuk tiap-tiap kelas mempunyai bentuk dan kedudukan yang berlainan.
KLASSIFIKASI
Dasar-dasar pembagian phylum Mollusca pada garis besarnya didasarkan atas keadaan kaki dan bagian-bagian lunak lainnya yang selanjutnya mengakibatkan perbedaan dari bagian-bagian yang keras.
Maka Phylum ini terbagi menjadi beberapa klas yaitu :
- Klas Amphiureura
- Klas Scaphopoda
- Klas Pelecyopoda
- Klas Gastropoda
- Klas Cepalopoda
Dasar pembagian menjadi golongan yang lebih rendah ; Sub kelas, family, ordo dan genus; didasarkan pada :
1. Jumlah dan keadaan daripada alat-alat pernafasan
2. Perbedaan sitem saref
3. Jumlah dan keadaan dari pada otot-otot
4. Struktur dan tipe alat-alat genetika
5. Struktur dan keadaan radulas jika ada
6. Keadaan, bentuk serta struktur dari pada shellnya, termasuk didalamnya struktur dalam shell.
#Klas Amphireura
Dibagi dua ordo :
- Polyplacophora
- Aplacophora
1. Ordo Polyplacophora
Ordo ini mempunyai bentuk elips memanjang yang dibagian dorsal terlihat seperti ada perisai yang terdiri dari 8 segmen. Masing-masing valve mempunyai dua lapisan, lapisan atas yang disebut tegmentum dengan komposisi zat conchiolin yang bersifat agak porous, sedangkan lapisan bawahnya disebut artikula montum yang terdiri dari kalsit dan bersifat non porous.
2. Ordo Aplacopophora :
Mempunyai bentuk seperti cacing dimana tubuhnya dilapisi oleh semacam mantel. Kaki mengalami suatu kemunduran atau malahan berupa cilia pada bagian ventral yang berada dari mulut sampai anus. Disini tidak mempunyai shell, tetapi mantelnya terdapat spiculaw yang bersifat calcareous yang nantinya inilah yang akan menjadi fosil, maka tidak aneh apabila aplacophora jarang sekali dijumpai dan hidup pada laut dangkal tetapi beberapa jenis hidup dengan jalan membuat lubang, umumnya bersimbiosme dengan jenis koral dan golongan hybrida lainnya, pada daerah-daerah laut dalam.
Contoh spesies kelas Amphireura :

#Klas Schapopoda
Kelas Schapopoda adalah merupakan Mollusca marina, dimana shell dan mentelnya akan membentuk bersama-sama sebuah tabung yang melengkung dan terbuka pada kedua ujungnya. Bagian dimana merupakan bentuk yang kecil (posterior), yang bersar anterior. Otot-otot daging terdapat didekat akhir posterior, melekat pada shell sedang pada anterior yang berbentuk conus akan keluar kaki, dan disinilah terdapat alat-alat lunak seperti : mulut, alat pencernaan makanan, dimana kadang-kadang kaki dan mulut itu dikelilingi oleh cilia. Chapopoda dapat hidup sampai kedalaman 4750 m, secara bentonik dengan melekatkan diri pada dasar yang lunak dengan bagian-bagian posterior dibawah. Komposisi shell : zat organic dan tumbuh dengan penambah kearah bagian yang besar. Pada permukaan luarnya kadang-kadang halus, tetapi tidak jarang pula mempunyai coaste yang halus yang berjalan searah dengan shellnya. Shell dari pada Schapopoda mudah dibedakan berdasarkan atas bentuknya dan tidak mempunyai kamar-kamar.
Contoh spesies dari klas Schaphopoda :
#Klas Pelecyopoda
Pelecyopoda merupakan salah satu klas yang mempunyai penyebaran yang luas dan adaptasi yang sangat baik. Adanya system bilateral simetri dari tubuhnya baik bagian yang lunak maupun yang keras, mudah sekali dibedakan dengan klas yang lain. Karena klas ini bersifat Bivalve (mempunai 2 valve). Bila valvenya tertutup maka bagian-bagian yang lunak dapat masuk kedalam rongga antara valve. Pelechyopoda muncul pada kambrium, umumnya hidup bebas, bergerak menambat pada dasar tetapi kadang-kadang hidup terpendam dilumpur atau membuat lubang pada kayu, bahkan menambat didasar yang permanen. Klasifikasi Pelechyopoda biasanya didasarkan pada bagian tubuhnya tertentu yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan struktur insang biasanya dipakai oleh para ahli biologi, dan berguna dalam penyelidikan pelechyopoda
2. Klasifikasi berdasarkan susunan gigi pada garis engsel dianggap penting sekali bagi paleontology karena biasa diperiksa serta diamati pada fosil. Gigi pada Pelechyopoda terbagi atas 2 susunan yaitu taksodon, dimana gigi memusat mulai ari garis engsel ke tengah kelopak dan aktinodon dimana gigi memancar dari umbu bawah
3. Klasifikasi berdasarkan oto penutup secara ringkas adalah sebagai berikut : oto isomyaria dimana kedua ototnya sama besar dan anisomyria dimana kedua ototnya tidak sama besar atau hanya satu.
4. Klasifikasi berdasarkan evolusi, dibuat berdasarkan penyesuaian diri dari pelechyopoda terhadap lingkungannya yang mengakibatkan radiasi, hal ini menyebabkan timbul tiga cara hidupnya yaitu hidup bebas pada dasar laut, melekat pada dasar dan menggali lubang.
5. Klasifikasi berdasarka gabungan insang, susunan gigi, dan otot penutup kelopak. Berdasarkan klasifikasi ini dikenal tiga ordo yaitu :
· Ordo Taxodonta : gigi taxodonta, biasanya terdapat dua buah otot penutup yang sama besar, tanpa shipo
· Ordo Anisomyra : biasanya kelopaknya tidak sama besar, otot penutup anterior hampir atau sudah lenyap, otot posterior yang kuat sekali terdapat dekat titik tengah kelopak agak dibelakangnya, gigi disodon atau isodon atau tidak ada sama sekali, hidupnya melekat pada dasar laut dengan byssus atau secara langsung dengan semen, tidak mempunyai siphon
· Ordo Eulamellibranchia : ordo ini paling penting dan terdiri dari 26 super keluarga, mereka mempunyai dua buah otot penutup yang sama besar atau sama dan juga memiliki siphio, giginya skizodon, heterodon atau desmodon
Contoh spesies dari klas Pelechyopoda :

Klas Gastropoda
Gastropoda merupakan klas terbesar dalam phylum ini, yang termasuk dalam klas ini adalah hewan yang mempunyai cangkang terputar atau tidak dan terbuat dari zat kapuran. Semula mereka menghuni lautan tetapi dalan Kala Mesozoikum dan Kenozoikum banyak jenis yang dapat menyesuaikan diri hidup di air tawar atau payau dan beberapa beberapanya hidup didaratan. Ukuran cangkangnya berkisaran antara 0,5mm-50cm.
Gastropoda terdiri dari :
Kepala; Pada kebanyakan Gastropoda bagian anterior (muka) dari tubuhnya adalah kepalanya dan biasanya mempunyai berbagai macam alat penginra. Dibagian ventral kepala terdapat sebuah mulut, sepasang mata yang biasanya bergagang, dan sepasang atau dua pasang tentakel (alat peraba berbentuk antena) yang bekerja sebagai alat pengindra. Mulut mempunyai radula, yaitu suatu alat yang menyerupai lidah yang bergig-gigi serta parutyang gunanya untuk menangkap atau mengunyah atau memangsa mangsanya. Radula ini terbuat dari khitindan terdiri dari banya gigi yang jumlahnya berkisar 16-750000
1. Isi Perut; Terdiri atas saluran pencernaan (usus) yang terletak langsung dibelakang rongga mulut, sebuah hati yang cukup besar, ginjal, jantung, pembuluh darah alat perkembangbiakan, dan jaringan urat saraf. Isi perut terletak di bagian dorsal kaki dan mengisi ruang cangkang.
2. Kulit Mantel; Merupakan selaput kulit tipis yang menyelubungi badan Gastropoda dan juga sebagai pembuat cangkang.
3. Cangkang; Rangka luar disebut cangkang dan jumlahnya hanya satu, berbentuk macam-macam, kebanyakan seperti kerucut, atau tabung yang terbuka pada ujung satunya dan menjadi runcing pada ujung suatu sumbu, sehingga berupa spiral. Spiral ini dapat berputar dalam satu bidang (planispiral) dan 3 dimensi (trochoid spiral). Putaran itu menghubungkan satu sama lain dan tempat sambungnya merupakan suatu garis yang disebut sutura. Putaran yang terakhir biasanya lebih besar dari putaran yang lebih dahulu. Cangkang disebut tertutup, jika putaran yang akhir menutupi putaran yang lebih dulu. Dinding cangkang terdiri dari tiga lapisan yaitu dari luar kedala berturut-turut :
· Peritoisme tipis terbuat dari zat kitin
· Lapisan Prisma terbuat dari karbonat
· Lapisan muara yang terbuat dari karbonat
Contoh spesies dari klas Gastropoda :

#Klas Cephalopoda
Cephalopoda merupakan hewan inverterbrata yang paling progresif disbandingkan dengan golongan inverterbrata lainnya. Hewan ini dapat memiliki cangkang di luar atau didalam. Badan hewannya yang lunak memiliki sebuah kepala dengan sepasang mata besar dengan perkembangan yang baik seperti mata ikan, alat pendengaran dan mulut dengan rahangnya yang menyerupai paruh burung kakak tua dan dikelilingi oleh tangan-tangan yang berfungsi untuk meraba dan menangkap (tentakel).
Kelas Cephalopoda dapat dibagi menjadi 3 subklas yaitu :
1. Subklas Naulitoidea
Naulitoidea mempunyai cangkang luar dan terdiri dari sebuah tabung yang terbuka pada ujung yang satu dan menjadi rumit pada ujung lainnya. Tabung ini dapat berbentuk lurus, bengkok atau spiral. Dalam bentuk spiral putarannya (coil) dapat tertutup (involut) dan terbuka (evolut). Dinding cangkang dari bagian luar kedalam terdiri dari 4 lapisan, yaitu:
· Lapisan kitin
· Lapisan gampingan
· Lapisan porselin
· Lapisan mutiara
2. Subklas Ammonoidea
Pada kebanyakan Ammonoidea cangkangnya terputar pada satu bidang, tetapi beberapa cangkangnya dapat lurus misalnya pada Lobobacteries. Garis suture pada Ammonoidea sangat rumir, bentuk dari garis suture ini berlainan pada tiap Ammonoidea dan sangat penting bagi klasifikasi hewan ini. Garis gelombang pada Ammonoidea dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu sadle dan gelambir
3. Subklas Coleodea
Cangkang Coleodea lurus dengan dua buah insang. Tentakel berjumlah 8 atau 10 buah. Rangka berada didalam atau tidak mempunyai sama sekali. Yang termasuk subklas ini adalah spirula yang masih hidup sekarang. Dari subklas ini ada 4 ordo yaitu :
· Ordo Belemnoidea
· Ordo Sepoidea
· Ordo Tenthoidea
· Ordo Octhopoda
Dari keempat ordo ini, ordo Belemnoidea telah puna. Diantara Celenoidea yang terpenting untuk keperluan statigrafi adalah golongan Belemnoidea.
Contoh spesies dari klas Cephalopoda :

____________________________ Berikanlah Tanggapan Anda sebagai Seorang Geologi
Salam Relawan Geologi Papua - Independent

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Earth Today - Scientific Visualizations Of The Planet

BUMI merupakan salah satu anggota TATASURYA yang dimana terdapat kehidupan...mengapa dikatakan demikian karena BUMI terdiri dari 3 lapisan yaitu :litosfer (batu),hidrosfer (air),atmosfer (udara).